Konversi dan Transformasi Modernitas

Converting CulturesJudul Buku : Converting Cultures: Religion, Ideology and Transformations of Modernity
Penerbit : BRILL
Tahun Terbit : 2007
Editor : Dennis Washburn dan A. Kevin Reinhart
Tebal : 507+xxii halaman
Peresensi : Tedi Kholiludin

Kata Max Weber, nasib zaman kita dicirikan oleh rasionalisasi dan intektualisasi, serta yang utama adalah “kekecewaan pada dunia” (disenchantment of the world). Nilai-nilai tertinggi dan yang paling sublim, mundur dari kehidupan publik menuju wilayah transendental kehidupan mistik atau menuju persaudaraan langsung dan hubungan personal.

Salah satu perdebatan menarik dalam lingkaran kehidupan masyarakat modern yang menarik dicermati adalah soal konversi. Beberapa negara yang dijadikan sebagai area studi dalam buku ini (Jepang, Turki, India dan Cina), merupakan tempat dimana berbagai gerakan masyarakat pribumi yang muncul sebagai reaksi terhadap tekanan oleh kolonialisme dan imperialisme dan oleh tipe transformasi budaya modernitas seperti; sekularisasi masyarakat; pertumbuhan gerakan ideologis massa; perkembangan populasi dan informasi yang cepat dan berskala besar; kompresi, melalui teknologi, persepsi ruang dan waktu; dan politisasi keyakinan agama.

Konflik dan ketegangan yang tercipta melalui pertemuan budaya non-Barat dan kekuatan negara Barat, mereplikasi sekaligus memperkuat kontradiksi budaya modernitas. Paradoks modernisasi, seperti yang diekspresikan oleh Weber melalui kata “disenchantment” adalah bahwa rasionalisme dan ilmu pengetahuan, pada kenyataannya, digali dan berakar pada keyakinan yang ada dalam moral tradisional dan nilai spiritual.

Ilmu pengetahuan dan teknologi bisa saja menganggap kosmologi sebagai sesuatu yang tidak relevan dengan menjelaskan kinerja dunia mateiral, tetapi teknologi tidak bisa memberi makna pada dunia. Masalah pokok dari kultur modern adalah salah satu keyakinan: bagaimana membenarkan keyakinan kala berhadapan dengan transformasi sosial, bagaimana menerjemahkan keyakinan ke dalam diskursus modernitas, bagaimana menahan kekecewaan (pada dunia) yang bisa membawa pada keterasingan.

Baca Juga  Kontribusi Cina dalam Islamisasi Nusantara

Sejarah masyarakat yang didedah dalam buku ini menunjukan bagaiman proses konversi budaya itu terjadi. Pada pertengahan abad 19 misalnya, masyarakat Jepang membuat distingsi tegas antara etika Timur dan pengetahuan Barat, dengan mengizinkan untuk mengadopsi kebudayaan material Barat.

Modernitas adalah sebuah proyek, kesadaran diri untuk memproduksi perubahan evolusioner sebagai sesuatu yang dipilih atau dipaksakan, dan yang sering ditempatkan melintasi pandangan dan kebiasaan. Meski pada prakteknya, kata konversi itu identik dengan konversi agama (religious convertion), tetapi konsepsi konversi sendirinya sejatinya bisa digunakan untuk area studi yang lebih luas; seperti konversi budaya, ekonomi, negara dan lainnya. Buku ini ada dalam posisi untuk menggunakan konsepsi konversi dalam pengertian luas tersebut.

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Buka Bersama di Rumah Pendeta

Oleh: Muhamad Sidik Pramono Langit Salatiga Senin sore 18 Maret...

Tak Semua Peperangan Harus Dimenangkan: Tentang Pekerjaan, Perjalanan dan Pelajaran

Tulisan-tulisan yang ada di buku ini, merupakan catatan perjalanan...

Moearatoewa: Jemaat Kristen Jawa di Pesisir Tegal Utara

Sejauh kita melakukan pelacakan terhadap karya-karya tentang sejarah Kekristenan...

Bertumbuh di Barat Jawa: Riwayat Gereja Kristen Pasundan

Pertengahan abad ke-19, Kekristenan mulai dipeluk oleh masyarakat di...

Pengaruh Lingkungan Pada Anak Kembar yang Dibesarkan Terpisah

Anak kembar adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini