AJI Desak Kapolri Tuntaskan Kasus Udin

[JAKARTA – elsaonline.com] Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia mendesak pemerintah untuk mengusut tuntas kasus-kasus kekerasan terhadap jurnalis. Dalam laporan akhir tahun 2013, AJI mendata kasus-kasus yang harus dituntaskan Pemerintah RI, khususnya Kepolisian Republik Indonesia (Polri).

Dalam rilis yang disampaikan ke elsaonline, Ketua Umum AJI Indonesia Eko Maryadi menyatakan, salah satu kasus yang harus secepatnya diselesaikan adalah kasus kematian wartawan Harian Bernas Yogyakarta, Fuad Muhammad Sjafruddin. Udin, nama panggilan wartawan ini, meninggal pada 17 tahun lalu di Yogyakarta terkait pemberitaan yang ditulisnya.

”Sesuai Kitab Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), pada Oktober 2014 kasus kematian Udin akan kadaluarsa. Apabila kepolisian RI tidak melakukan penanganan serius, maka Kasus Udin akan menjadi misteri yang mencederai rasa keadilan serta mencoreng upaya penegakan hukum di Indonesia,” tegasnya.

Dalam pertemuan terbaru dengan Kapolri Jendral Sutarman, komunitas pers mempertanyakan perkembangan kasus Udin. Saat itu, Kapolri secara terbuka menyatakan penanganan Kasus Udin sudah keliru sejak awal, oleh karenanya jika masyarakat memiliki bukti baru kasus kematian Udin.

AJI menilai, seakan pernyataan Kapolri Jendral Sutarman seolah menunjukkan kepedulian. Namun, AJI memandang statemen Kapolri hanya penghias bibir (lips service). Selama ini sudah cukup banyak masukan dari berbagai pihak, namun AJI tidak melihat kesungguhan pihak Polri dalam mengungkapnya.

”Selama 17 tahun AJI tak lelah menuntut penuntasan kasus pembunuhan wartawan Udin. AJI Indonesia menilai penuntasan kasus Udin ini penting sebagai pintu masuk pengungkapan kasus-kasus pembunuhan lain yang menimpa wartawan Indonesia,” tambahnya.

AJI Indonesia mencatat Udin terbunuh tidak sendirian. Sejak 1996 tercatat delapan kasus kematian jurnalis yang tetap gelap, tidak terungkap (dark number).

Baca Juga  Pemerintah Paparkan Pencapaiannya

1. Fuad Muhammad Syafriuddin alias Udin, jurnalis Harian Bernas Yogyakarta, tewas di tangan orang tak dikenal pada Agustus 1996.

2. Naimullah, jurnalis Harian Sinar Pagi, ditemukan tewas di Pantai Penimbungan, Kalimantan Barat tahun 1997.

3. Agus Mulyawan, jurnalis Asia Press tewas tahun 1999 di Timor-Timur.

4. Muhammad Jamaluddin, kameramen TVRI yang bekerja dan hilang di Aceh tahun 2003

5. Ersa Siregar, jurnalis RCTI tewas 29 Desember 2003 di Aceh.

6. Herliyanto, jurnalis Tabloid Delta Pos Sidoarjo yang ditemukan tewas di hutan jati Desa Tarokan, Banyuanyar, Probolinggo, pada 2006

7. Ardiansyah Matra’is Wibisono, jurnalis TV lokal di Merauke yang ditemukan tewas pada 2010 di kawasan Gudang Arang, Sungai Maro, Merauke

8. Alfred Mirulewan, jurnalis Tabloid Pelangi ditemukan tewas 18 Desember 2010 di Kabupaten Maluku Barat Daya.

[elsa-ol/Ceprudin]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Buka Bersama di Rumah Pendeta

Oleh: Muhamad Sidik Pramono Langit Salatiga Senin sore 18 Maret...

Tak Semua Peperangan Harus Dimenangkan: Tentang Pekerjaan, Perjalanan dan Pelajaran

Tulisan-tulisan yang ada di buku ini, merupakan catatan perjalanan...

Moearatoewa: Jemaat Kristen Jawa di Pesisir Tegal Utara

Sejauh kita melakukan pelacakan terhadap karya-karya tentang sejarah Kekristenan...

Bertumbuh di Barat Jawa: Riwayat Gereja Kristen Pasundan

Pertengahan abad ke-19, Kekristenan mulai dipeluk oleh masyarakat di...

Pengaruh Lingkungan Pada Anak Kembar yang Dibesarkan Terpisah

Anak kembar adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini