[Semarang –elsaonline.com] Dalam setiap agama, selalu ada budaya lokal yang dijadikan ritual keagamaan. Ritual-ritual itu lekat dengan nuansa tradisi lokal yang telah lama berkembang dalam masyarakat. Seperti dalam agama Buddha, sebelum tiba Hari Raya Waisak ada ritual untuk penghayatan terhadap ajaran agama selama sebulan penuh. Ritual penghayatan itu dinamakan Penghayatan Dharma.
“Kalau dalam Islamnya yang biasa dilakukan sebelum tiba Hari Raya Idul Fitri itu ada solat tarawih,” tutur Ketua Dewan Pertimbangan Pandita, Majelis Agama Buddha Teravada Indonesia (Magabudhi) Jawa Tengah, Henry Basuki kepada elsaonline, beberapa waktu lalu.
Puncak sakral perayaan hari besar Waisak 2014 diperkirakan akan sangat khusuk. Pasalnya, berdasarkan perhitungan perputaran bulan Waisak 2014, jatuh pada Kamis (5/15) tepat pukul 02.15.37 detik, dini hari. Dini hari adalah waktu yang sangat tepat untuk meditasi. Henry melanjutkan, tujuan dari penghayatan Dharma itu merupakan pertemuan umat Buddha untuk melakukan penghayatan terhadap apa yang diajarkan dalam kitab suci Weda.
“Ini merupakan budaya lokalnya di Indonesia yang harus tetap kita jaga. Ini adalah warisan leluhur kita,” sambungnya. Usai melakukan tirakat selama sebulan, pada malam terakhir diakhiri dengan malam tirakatan. Malam tirakatan ini artinya tiba hari ini pula, menjelang tiba detik-detik sakral Hari Raya Waisak. “Ditutup dengan mengadakan malam tirakatan, kalau tahun ini yakni malam tanggal 14 (sebelum tanggal 15 dini hari-red) tiba. Namun ini sifatnya tidak wajib,” tuturnya.
Dalam perbincangan terakhirnya, ia juga berpesan kepada seluruh umat Buddha supaya semakin menghayati ajaran agama dan mengamalkannya. “Saya berharap umat Buddha semakin menghayati dan menjalankan apa yang diajarkan dalam kitan suci,” tandasnya. [elsa-ol/Cep-@Ceprudin]