[Brebes, elsaonline.com]– Sebanyak 16 penganut kepercayaan Sapta Darma dan 3 perangkat desa dari Desa Sengon di Kabupaten Brebes mengikuti kegiatan “Kemah Menggagas Desa Inklusif di Kabupaten Brebes” yang diselenggarakan Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) Semarang di Wisata Agro Kebun Teh Kali Gua, Kabupaten Brebes, Minggu-Selasa (24-26/4).
Koordinator acara, Ceprudin mengatakan, kegiatan kemah desa inklusi ini sebagai wujud untuk menciptakan Brebes menjadi kabupaten yang inklusif, mengingat wilayah Brebes terdapat kultur kebudayaan yang berbeda-beda. Seperti halnya bahasa yang ada di Brebes beragam, ada Jawa “ngapak” dan Sunda.
“Selain pihak penganut kepercayaan, kami juga mengundang warga Sapta Darma dan beberapa perangkat desa lain. Kita ingin menciptakan Kabupaten Brebes menjadi kabupaten yang inklusif, tidak ada lagi diskriminasi yang dialami warga di Kabupaten Brebes,”jelasnya.
Pembentukan Kabupaten Brebes menjadi kabupaten yang inklusif, menurut Ceprudin, sengaja dimulai dari bawah, yaitu desa,. Pemilihan Kabupaten Brebes tambah Ceprudin, karena sebelumnya banyak terjadi permasalah yang dialami warga, khususnya warga penganut kepercayaan Sapta Darma terkait penolakan pemakaman.
Duduk Sama Rata
“Kita lahirkan keterbukaan, kebersamaan, tidak ada lagi diskriminiasi yang menjadi nilai ideal pewujudan Indonesia yang adil. Duduk sama rata sebagai wujud inklusi sosial yang kita gagas. Setelah menghasilkan point-point Brebes inklusif ini selanjutnya akan dibawa ke forum SKPD Kabupaten Brebes,” tandasnya.
Peserta yang berasal dari perangkat Desa Sengon, Wastap, mengatakan, bahwa acara seperti ini sangat membantu tugasnya sebagai perangkat desa, selain menambah teman dan pengalaman juga menambah kegiatan bekerja di bidang kemasyarakatan.
“sehingga adanya keterbaikan dan elemen masyarakat sehingga tercapai masyarakat sadar tidak ada permusuhan,” jelasnya.
Masih dari perangkat Desa Sengon, Nasari, mengatakan, di desa sengon, baik itu warga Sapta Darma maupun warga yang lain tidak sungkan dan percaya diri dan ikut serta dalam pembangunan, kebersihan lingkungan dan keamanan lingkungan.
“Tidak sungkan juga dalam iuran untuk kegiatan lingkungan seperti halnya pembangunan di tingkat lingkungan RT/RW dan desa diikuti oleh semu warga termauk penganut Sapta Darma,”tegsanya.
Perubahan Pelayanan
Sementara itu, penganut kepercayaan Sapta Darma,Sumardi, mengatakan, dalam membangun desa inklusi nantinya ingin mengadakan perubahan pelayanan dalam bidang pendidikan, tempat ibadah dan tempat pemakaman.
“ Pendidikan agama di sekolah nantinya tidak usah mengikuti dari salah satu agama dan untuk mendirikan tempat ibadah persyaratannya juga tidak sulit. Sedangkan untuk tempat pemakaman jika pemerintah menyediakan supaya cepat di realisir,” tukas Sumardi.
Penganut sapta darma yang lain, Dolin, berharap kegiatan ini akan lancar dan semua peserta sehat-sehat semua sampai acara selesai. Selain itu juga kegiatan ini menjadi sejarah hidup demi kelancaran warga sapta darma bisa hidup berdampingan denga masyarakat tanpa ada intimidasi.
“Harapannya semoga kegiatan ini menjadi sejarah hidup demi kelancaran warga Sapta Darma hidup berdampingan dengan masyarakat tanpa ada intimidasi,” harap Dolin. [elsa-ol/@AbdusSalamPutra/003]