3 Event Budaya Wonogiri Dihapus

Rabu, 24/11/2010 09:00 WIB – son

WONOGIRI—Bupati Wonogiri bakal menghapus tiga event budaya tahunan yang sudah menjadi ikon budaya di Kabupaten Wonogiri. Ketiga event itu adalah jamasan, larung ageng dan sedekah bumi.

Namun demikian, masyarakat yang masih memiliki kepercayaan terhadap fenomena semacam itu tetap diberi kebebasan untuk menggelar acara-acara tersebut.

Bupati Wonogiri, Danar Rahmanto mengakui, penghapusan tiga agenda budaya tersebut sebagai salah satu realisasi kontrak politik dengan para pendukungnya.

“Dalam APBD mendatang, anggaran yang biasa untuk event budaya akan dialihkan untuk kepentingan lain. Namun masyarakat dipersilakan untuk menggelar event seperti itu,” ujarnya, Selasa (23/11).

Wakil Sekretaris LDII Wonogiri, Jumino mengatakan,  Beberapa Ormas Islam dan PPP yang menyatakan segala prosesi yang bersifat syirik dan tidak memiliki manfaat diminta agar ditiadakan dari agenda Pemkab.

Beberapa Ormas Islam tersebut adalah LDII, Muhammadiyah, MMI, MTA, IPHI dan Pemuda Kabah. Mereka, menurut Ketua DPC PPP Wonogiri, Anding Sukiman, sudah sepakat mendukung pemerintahan Danar Rahmanto namun dengan salah satu konsekuensi menjamin jalannya ajaran agama dengan baik dan benar.

“Senin (22/11) Ormas-ormas Islam sudah merapatkan soal ini,” lanjut Jumino.

Di sisi lain, salah satu pemerhati budaya dari Wonogiri, Joko Purnomo mengatakan, jika ketiga event budaya tersebut dihilangkan, justru pemerintah akan kehilangan alat untuk menuntun masyarakat agar sedikit demi sedikit memahami  tujuan suatu event ritual budaya tersebut.

“Sebenarnya selama ini yang ditonjolkan event budayanya, dan kita sertai narasi dalam konteks masa kini,” ujarnya.

Demikian pula, menurut Joko  hal-hal seperti itu tidak merusak agama. Budaya dan agama diakui pada sisi tertentu memiliki  dua sisi berlawanan. Sehingga kalau tiba-tiba dihapus, justru akan berakibat kurang baik.

Baca Juga  Menangkap Pesan Utama Kerasulan Muhammad di Mekah

“Event-event budaya seperti ini tidak benar kalau dikatakan merusak moral masyarakat. Lebih merusak mana dengan penyanyi dengan pakaian dan goyangan seronok?” tukasnya. (son)

(Sumber: http://harianjoglosemar.com/berita/3-event-budaya-wonogiri-dihapus-29918.html)

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

De Las Casas dan Perlawanan atas Kolonialisme: Cikal Bakal Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Bartolomé de las Casas (1485–1566) adalah seorang...

Tiga Tema Alkitab sebagai Basis Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam "Justice and Only Justice: A Palestinian...

Kekristenan Palestina dan Teologi Pembebasan: Berguru Pada Naim Stifan Ateek

Oleh: Tedi Kholiludin Ia adalah seorang Palestina dan bekerja sebagai...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini