Pertengahan abad ke-19, Kekristenan mulai dipeluk oleh masyarakat di Tatar Pasundan. Perjumpaan dengan kebudayaan baru ini mengharuskan mereka melakukan negosiasi serta adaptasi. Proses komunikasi yang terjadi dalam balutan identitas etno-religius. Dari sisi etnisitas, sebagian besar masyarakat di Tatar Pasundan berlatar Sunda. Ada masyarakat Tionghoa dan Jawa Cirebonan di Pesisir Utara. Latar belakang ini yang pada gilirannya bersua dengan kebudayaan baru, Kristen. Medium perjumpaannya terbangun melalui pelbagai elemen; ekonomi, sosial, psikologis maupun kebudayaan.
Seiring dengan berjalannya waktu, perubahan terjadi di semua lini. Mobilitas penduduk, urbanisasi, perubahan politik, industrialisasi dan sebagainya, turut memberi kontribusi atas pembentukan serta dinamika identitas masyarakat etno-religius itu. Atas proses politik yang terjadi misalnya, masyarakat Kristen di Cigelam banyak yang mengungsi dari wilayahnya karena merasa tidak aman. Akibatnya, tidak sedikit dari mereka yang tidak kembali lagi ke Cigelam. Atas situasi tersebut, kehidupan bergereja di salah satu “Jemaat Anthing” itu tentu mengalami perubahan. Desa-desa yang dulu didesain sebagai “Desa Kristen” pada perkembangannya, tak lagi benar-benar menjadi kampung homogen. Betapapun terjadi perubahan, ada keunikan yang juga tetap dijaga. Ibadah dengan menggunakan Bahasa Sunda di beberapa “jemaat kampung,” adalah salah satu contoh tampak yang bisa disebutkan disini.
Penulis: Tedi Kholiludin
Tebal Buku: 120 halaman
Tahun Terbit: Desember 2021
Penerbit: eLSA Press
Harga: –