[Semarang -elsaonline.com] Dipayungi awan cerah, hampir 30-an orang berkumpul di Kantor Yayasan Pemberdayaan Komunitas ELSA di Perumahan Bukit Walisongo Permai Jalan Sunan Ampel nomor 11, Kota Semarang, Jumat (18/8/2023). Jajaran pengurus, mulai dewan pembina hingga para pelaksana program dan keluarganya, serta beberapa tamu undangan, menghadiri peringatan ulang tahun ELSA yang ke 18.
Dihelat dengan penuh kesederhanaan, tiga orang tamu undangan yang hadir, memberi kesannya secara personal tentang ELSA. Sebelumnya, Siti Rofiah, mewakili ELSA mengucapkan terima kasih atas kehadiran seluruh undangan. Rofi, sapaan akrabnya, berharap ELSA akan terus memberi kemanfaatan bagi banyak pihak. Perjalanan selama 18 tahun ini, tentu saja sesuatu yang tak terbayangkan, terutama di masa-masa awal. Karena mulanya, ELSA sebatas komunitas saja.
Setyawan Budi, Koordinator Persaudaraan Lintas Agama (PELITA) mengucapkan terima kasih karena ELSA telah turut berkontribusi bersama lembaga-lembaga lain di Semarang, khususnya untuk melakukan kerja-kerja advokasi. Keberhasilan dalam pendampingan pembangunan Gereja Baptis Indonesia (GBI) Tlogosari, Semarang dan Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ) Dermolo, Jepara, kata Setyawan, tak lepas dari peran ELSA dengan para mitra lainnya.
Direktur EIN Institute, Ellen Kristi Nugroho, turut memberikan testimoni. Ia cukup mengikuti perkembangan dan dinamika ELSA, tak hanya ketika dalam situasi “ada” tapi juga saat berkekurangan. Disitulah semangat untuk survive-nya terlihat. “More years will come, jadi regenerasi itu adalah hal yang penting untuk dipersiapkan,” tambah Ellen, yang juga praktisi home schooler tersebut.
M. Afifun Naim, Direktur Eksekutif Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kota Semarang, juga turut memberikan kesannya. Sejauh ini, kata Afif, ia menghaturkan terima kasih karena dipercaya sebagai salah satu mitra ELSA untuk sebuah program. ELSA, kata Afif, konsisten untuk memberikan dukungan bagi mereka yang kerap dipinggirkan.
Terakhir, H. Abu Hapsin, selaku Dewan Pembina memberikan sambutan penutup sebelum mengakhiri dengan doa. Secara akademik, kata Abah Abu, ada 8 doktor dan calon doktor yang berproses bersama ELSA. Modal ini penting untuk dijaga, karena ruh ELSA ada pada semangat intelektualitas. Jadi, aktivitas advokasi serta pemberdayaan harus didukung oleh ruh tersebut. “Betul yang disampaikan Mbak Ellen, bahwa ELSA kerap ‘berkekurangan.’ Dan biasanya, situasi ini seringkali menghadirkan banyak upaya untuk bertahan,” tambah Abu Hapsin.
Dari jajaran pengurus ELSA, selain Siti Rofiah, hadir juga H. Iman Fadhilah, Ubbadul Adzkiya’ serta Tedi Kholiludin selaku Ketua Yayasan.[TKh]