[Jakarta-elsaonline.com] Memperingati hari ulang tahun Aliansi Jurnalis Independen (AJI) ke-21, digelar Festival Media di Kampus Universitas Katolik Atmajaya Jakarta Jalan Jendral Sudirman No. 51 Jakarta, akhir pekan lalu. Gelaran kegiatan ini tidak melulu hanya untuk jurnalis, tetapi juga diharapkan bermanfaat bagi masyarakat umum.
Selama dua hari, Sabtu (14/11) dan Minggu (15/11), Festival Media kelima tersebut berisi berbagai kegiatan mulai pameran, talkshow, workshop dan aneka perlombaan. Terdapat juga puluhan stan yang dibuka oleh media massa, kantor berita, dan kelompok pembuat documenter. Lembaga-lembaga mitra AJI pun dilibatkan. Misalnya, Rumah Pemilu, Kontras, Pusat Kajian Media dan Komunikasi Remotivi, Watcdoc Documentary, VOA, Komnas HAM, dan lain-lain.
Pada tahun ini, Festival Media memilih tema ‘Cerdas Memilih Media’. Hal ini disadari banyaknya informasi yang datang kepada publik melalui cetak, elektronik dan online. Isi informasi yang tersedia juga sangat beragam, dengan kredibilitas sumber juga berbeda-beda. “Melalui festival media ini, AJI berharap masyarakat semakin cerdas memilih sumber informasi,” tutur Ketua Umum AJI, Suwarjono.
Ketua Dewan Pers, Bagir Manan, dalam buku ‘Dialog Demokrasi Dalam 140 Karakter (2015)’, menyebutkan, informasi dalam beragam bentuk kini mengalir deras dari dan ke berbagai arah. Menurutnya, bukan hanya dari satu bilik, tapi dari tangan seorang manusia, sepotong informasi melesat ke manusia di negeri lain, melintasi benua. “Bahkan berkesempatan menjadi perbincangan dunia,” jelas dia.
Adapun dalam catatan Dewan Pers, pada 2014 jumlah media di Indonesia mencapai 2130 media. Rinciannya, 567 media cetak harian, mingguan dan bulanan, 1166 stasiun radio, 194 TV bersiaran lokal dan nasional serta 211 media online. Sedangkan penetrasi internet di Indonesia pada 2015 tercatat sekitar 35 persen dari populasi 254 juta jiwa. Pertumbuhannya cukup dramatis tiap tahun, dan diperkirakan sekitar 45 persen warga Indonesia akan menikmati jaringan internet pada 2016. “Tentu, dengan angkat itu, Indonesia akan makin mantap berkiprah di jejaring komunikasi global,” lanjutnya.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, yang hadir membuka acara tersebut, mengatakan, kecerdasan itu tidak hanya harus dimiliki pemirsa. Namun pihaknya meminta media juga harus cerdas dalam mengemas kontennya. Harapannya, kata dia, agar media tidak lupa untuk memainkan perannya dalam menyajikan konten-konten yang baik. “Jadi, saya berharap media juga harus cerdas menyampaikan kontennya,” ujarnya.
Kendati demikian, Bagir Manan mengingatkan, sudah waktunya pula pers mengakhiri kehidupan pers yang semata-mata mengandalkan selera publik, apalagi semata-mata memanfaatkan selera awam yang tidak akan mendorong kemajuan, berfikir rasionalitas dan realitas. Sebagai salah satu elemen demokrasi, pers juga tetap harus dikontrol. “Karena pers bertanggung jawab kepada publik, maka publik wajib mengawasi agar pers tidak merugikan kepentingan publik dengan meninggalkan prinsip-prinsip independensi, imparsial berimbang dan lain-lain asas pers merdeka,” bebernya.
Ya, di tengah pertumbuhan media-media yang semakin marak, masyarakat dihadapkan dengan serbuan informasi yang beraneka ragam. Media-media kemudian berlomba-lomba meraih perhatian publik dengan informasi berkualitas sampai sekadar berita sensasional. Oleh karena itulah ajakan untuk cerdas memilih media menjadi pas.[elsa-ol/@MunifBams-Munif Ibnu/003]