
Semarang, elsaonline.com – Hasil penelitian Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah meneliti cara baru untuk pencegahan terorisme. Salah satunya dengan memperkuat nilai-nilai kebudayaan dan tradisi pada masyarakat akar rumput.
Ketua peneliti FKPT Jateng Syamrul Maarif menyampaikan, benih-benih terorisme muncul karena pengharaman terhadap budaya atau ritual yang tidak ada ayatnya dalam al-Quran.
“Benih-benih terorisme itu muncul, salah satunya karena paham yang mengharamkan ritual adat. Biasanya mereka mengharamkan seperti takhayul, bidah, dan khurafat,” kata Syamsul pada acara diseminasi hasil penelitian, pendalaman terkait penyusunan policy brief pemberdayaan masyarakat dalam upaya pencegahan radikalisme, di Hotel Candi New, Semarang, Minggu 6 Oktober 2018.
Lestarikan Adat
Dosen UIN Walisongo Semarang ini menambahkan, budaya masyarakat Nusantara seperti ritual-ritual, tari-tari, doa doa khsusus yang dilestarikan sejak nenek moyang. Sayangnya, katanya, sekarang adat kebudayaan itu mulai memudar.
“Doa-doa orang zaman dulu, anak-anak sekarang tidak begitu hafal, bahkan lebih hafal senam poco-poco, yang ke kanan kenan, ke kiri ke kiri itu. Padahal, (gerekan teroris) itu mula-mula menggerus budaya, lalu masukan doktrin radikal,” jelasnya.
Dalam bernegara, sambungnya, pancasila sudah final. “Nilai-nilai budaya itu kan logis dan estetik yang sudah diurip-uripi (dihidup-hidupi) sejak nenek moyang kita. Itulah kita sebagai warga negara dan sebagai umat yang beragama,” tandasnya. (Cep)