Semarang elsaonline.com Ketua FKUB Provinsi Jawa Tengah Taslim Syahlan ajak kepada sekolah menegah atas untuk membentuk forum-forum lintas agama. Kebutuhan mengenal yang liyan sejak usia muda akan mempermudah menyemai nilai-nilai toleransi.
“Mula-mula dari anak muda yang memiliki kreativitas tanpa batas untuk mengelola acara di sekolah-sekolah tanpa melihat dari agama dan ras mana,” tuturnya saat mengikuti Focur Group Disucussion bertema “Pokja Perumus Draft Usulan Kebijakan Sekolah Damai dan Pro Toleransi di Jawa Tengah di Semarang, Selasa (3/05/2021).
Pengalamannya saat menggagas Piagam Watu Gong yang berkomitmen kebangsaan dan penguatan toleransi dan memperkuat silaturahmi kebangsaan.
“FKUB mewujudkan nilai-nilai pada kesepakatan tersebut mengajak segenap pemerintah dan tokoh masyarakat serta agama untuk melakukan kerja-kerja sosial untuk keummatan,’ ucapnya.
Dosen Universitas Wahid Hasyim mengucapkan ikhtiar untuk mengelola perjumpaan di ruang publik dibuat seinformal. Modifikasi memiliki tujuan untuk mengundang berbagai agama dan ajaran kepercayaan.
“Misalnya, terdedukasi dengan model persaudaraan, sehingga komunikasi dapat terwujud. Kegiatan lainnya secara alamiah, misalnya datang ke
daerah sebagai respon masyarakat sasngat menarik,” jelasnya.
Taslim sapaan akrabnya, sedang bekerjasama BEM SI untuk menyelenggarakan forum mahasiswa lintas iman. Upaya ini digunakan untuk kontra narasi terdahap intoleransi di kampus.
Usulan Ketua FKUB Provinsi Jawa Tengah bersambut gayung oleh sekolah-sekolah yang mengikuti acara diskusi. Guru SMAN 11 Semarang Ardian W.N memberikan contoh dilembaga pendidikannya telah membentuk kelompok lintas iman yang bergerak di bidang musik.
“Namanya, Band Lintas Agama (Band LIMA). Saat tampil dan membuat video klip di sekolah, diberikan latar keragaman untuk mencerminkan nilai-nilai toleransi yang disampaikan melalui musik, ” ungkapnya.
“Getok tular tentang lintas agama di sekolah-sekolah di Jawa Tengah perlu disebarluaskan via media sosial,” tambahnya.
Selain itu SMAN 11 Semarang, perwakilan SMAN 7 Semarang Soleh Amin menuturkan dilembaganya sudah menerapkan kerjasama lintas iman setiap kegiatan.
Kolaborasi Antar Isu
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Padmaningrum menegaskan bahwa sekolah damai yang akan digagas oleh pihak sekolah diperlukan kerjasama antar sekolah untuk “getok tular”.
“Diperlukan semangat untuk mengdongkrak sekolah damai. Kerja-kerja kreatif lah yang diperlukan oleh anggota guru baik yang Muslim maupun Non Muslim,” tambahnya.
Perempuan asal Semarang, menegaskan program sekolah damai harus selaras dengan isu gender dan inklusifitas di lembaga pendidikan. Ia menjelaskan pentingnya mengkolaborasikan satu isu dengan lainnya agar memberikan manfaat bagi peserta didik.
“Sekolah sudah banyak diberi tanggungan. Tidak mungkin mengurusi hal-hal demikian (red: sekolah damai, inklusifitas dan gender). Diperlukan kerjasama dari lembaga eksternal agar isu bisa tersampaikan ke peserta didik,’ pungkasnya.
(Rais/Elsa)