[Semarang -elsaonline.com] Gereja Baptis Indonesia Tlogosari, Semarang mengawali pembangunan gereja setelah 22 tahun ditolak dan sempat tertunda dengan mengadakan doa bersama yang bertajuk “Selametan Kebangsaan” pada Sabtu, 24 Oktober 2020.
Menurut Koordinator Persaudaraan Lintas Iman (PELITA) Semarang sekaligus perwakilan dari Tim Advokasi GBI Tlogosari, Setyawan Budi, acara yang bertempat di GBI Tlogosari, di jalan Malangsari nomor 83 tersebut, dimaksudkan agar pembangunan gereja dapat berjalan dengan lancar.
“Selain berdoa untuk kelancaran pembangunan kembali gereja yang sempat terhenti, ‘Selametan Kebangsaan’ juga bertujuan untuk meminta bila gereja nantinya dapat membawa berkat bagi jemaat serta masyarakat,” tulisnya melalui aplikasi berbagi pesan WhatsApp Kamis, (22/10).
Gembala Sidang GBI Tlogosari, Wahyudi, menyampaikan rasa terima kasih kepada segala pihak yang dapat menghadiri acara doa bersama untuk memulai pembangunan gereja yang sempat berhenti. Selain itu, pria yang akrab disapa Pendeta Wahyudi tersebut juga turut berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendampingi dari awal hingga saat ini.
“Saya berterima kasih kepada semua pihak yang datang pada acara ini, dan terima kasih kami ucapkan untuk kawan-kawan yang sudah mendampingi dari awal hingga saat ini. Khususnya kawan-kawan LBH Semarang, Pelita, ELSA, Gusdurian, dan kawan-kawa lainnya. Semoga ini menjadi awal yang baik dalam pembangunan gereja ini,” tuturnya sesaat setelah menerima potongan tumpeng dari Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah, Taslim Syahlan.
Di hadapan berbagai perwakilan berbagai agama, kolega, dan awak media, Pendeta Wahyudi juga menyampaikan bahwa, dirinya tidak sendiri. “Ternyata masih ada kebhinekaan luar biasa pada acara ini yang diinisiasi oleh FKUB Jawa Tengah,” tambahnya.
Ketua FKUB Jawa Tengah, Taslim Syahlan, menceritakan pasca GBI Tlogosari mendapatkan IMB, maka dengan IMB tersebut pembangunan gereja secara resmi boleh dibangun. Taslim juga mengingatkan bahwa, siapapun tidak boleh menghalangi orang yang beribadah.
“Semua pihak yang melakukan gangguan, menghalangi pembangunan sehingga menciptakan suasana yang tidak kondusif maka, itu semua tidak berdasar. Pada dasarnya GBI Tlogosari telah mendapatkan IMB dari Walikota Semarang, dan GBI dalam hal ini telah memenuhi aturan main yang ada dan sudah taat pada asas hukum. Jadi semua pihak harus memahami, dan tidak ada yang perlu dipersoalkan lagi,” tuturnya saat ditemui setelah acara selesai.
Simbolis Harapan
Acara Selametan Kebangsaan yang dihadiri oleh berbagai perwakilan agama, jemaat, dilakukan secara hikmat. Acara dimulai dengan prosesi kirab yang diikuti oleh semua hadirin. Kurang lebih ada 30-an orang berbaris secara berbanjar dengan tetap menjaga jarak mengarak tumpeng yang berhiaskan bendera Merah Putih.
Dalam prosesi kirab menuju bangunan GBI Tlogosari, rombongan diiringi dengan penabuhan hadroh yang berasal dari kawan-kawan Gusdurian Semarang, diikuti oleh Pendeta Wahyudi beserta istri dan salah satu perwakilan jemaat yang membawa masing-masing barang bawaan. Ada yang membawa kendi, sapu lidi, dan lampu teplon. Lalu diikuti oleh para hadirin yang mengikuti prosesi kirab.
Dalam prosesi kirab, pada saat rombongan memasuki areal gereja, Pandeta Wahyudi menyiramkan air dalam kendi, disertai dengan istri Pendeta Wahyudi, Eunike Prihatin Endang Jasmani menyapu dengan sapu lidi yang dibawa. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng oleh Ketua FKUB Jawa Tengah. Kemudian, diteruskan dengan doa, peletakan batu-bata oleh perwakilan umat beragama yang hadir, pemasangan IMB, dan ditutup dengan doa bersama.
Sebelum melakukan kirab, Koordinator PELITA, Setyawan Budi, menjelaskan mengenai beberapa simbol harapan untuk pembangunan GBI Tlogosari. Menurutnya, simbolis harapan dalam pembangunan gereja ada pada kendi berisi air, lampu teplok, dan sapu lidi.
“Kendi dan air yang ada di dalamnya merupakan simbol dari menyatunya tanah air. Lampu teplok merupakan gambaran agar selalu diberikan petunjuk dan pencerahan dalam membangun. Lalu, maksud dari Ibu Eunike menyapu adalah simbol dari tolak balak,” pungkasnya.
Perwakilan berbagai agama dan Lembaga yang hadir dalam acara tersebut antara lain PHDI Kota Semarang, Magabudhi Provinsi Jawa Tengah, FKUB Provinsi Jawa Tengah, Mubaligh Jamaah Muslim Ahmadiyah Provinsi Jawa Tengah, GUSDURian Semarang, Komisi HAK-KAS, Suster PI, Ketua Bamag Kota Semarang, Matakin Provinsi Jawa Tengah, Perguruan Trijaya, LBH Semarang, ELSA Semarang, dan LPM Justisia.[Sidik]