Islam di Tiongkok dan China Muslim di Jawa Pada Masa Pra-Kolonial Belanda

Oleh Sumanto Al Qurtuby

 

(Orasi Kebudayaan Hari Ulang Tahun LPM Justisia ke 18)

Foto: www.todayszaman.com
Foto: www.todayszaman.com

Saya ingin mengawali orasi kebudayaan ini dengan mengutip sebuah teks klasik China dalam buku Ming Shi (“Sejarah Dinasti Ming”) dan Ying-yai Shen-­lan mengenai masyarakat China yang bermukim di Jawa, yakni orang-orang dari Kanton (Kwangchou), Zhangzhou (Chang-chou), Quanzhou (Chuan-chou) dan kawasan China Selatan yang telah meninggalkan Tiongkok dan menetap di pelabuhan-pelabuhan pesisir sebelah timur terutama Tuban, Gresik dan Surabaya. Menurut kedua teks ini, kebanyakan dari orang-orang China yang mendiami pesisir utara Jawa Timur pada awal abad ke-15 tersebut berkehidupan sangat layak serta —dan ini yang paling menarik— sebagian di antara mereka telah memeluk agama Islam dan taat beribadah (Mills, 1970:93; Groendeveldt, 1960:49). Berikut kutipan teks Ying-yai Sheng-lan yang ditulis oleh seorang China Muslim bernama Ma Huan:

“In this country there are three kinds of people: 1) the Mohammedans, who have come from the west and have established themselves here, their dress and food is clean and proper; 2) the Chinese, being all people from Canton, Chang-chou, Ch’uan-chou (the later two places situated in Fukien, not far from Amoy) who have run away and settled here, what they eat and use is also very fine and many of them have adopted the Mohammedan religion and observe its precepts; 3) the natives, who are very ugly and uncouth, they go about with uncombed heads and naked feet and believe devoutly in devils, theirs being one of the countries called devil-countries in Buddhist books. The food of these people is very dirty and bad, its for instance snakes, ants and all other of insects and worms, which are kept a moment before the fire and than eaten; the dog; then have in their houses eat and sleep together with them, without being disgusted at all”.

Baca Juga  Mengatur Privasi via Regulasi

Kesaksian Ma Huan mengenai orang-orang China dari Kanton, Zuangzhou dan Quanzhou yang telah memeluk agama Islam di atas sebetulnya bukanlah hal aneh, mengingat daerah-daerah tersebut di China sendiri merupakan kantong-kantong umat Islam sebagai akibat persinggungan antara China dengan Arab. Lo Hsiang Lin dalam studinya “Islam in Canton in the Sung Period” menyebut­kan bahwa orang China telah mengenal Islam sejak masa-masa paling awal dari perkembangan agama ini, yakni abad ke-7 M. Chinese Annals dari Dinasi Tang (618-960) juga mencatat adanya pemu­kiman umat Islam di Kanton, Zhangzhouw, Quanzhou dan pesisir China Selatan lain. Ada banyak buku yang telah mengulas tentang sejarah perkembangan Islam di Tiongkok ini. Antara lain: Islam in China (Broomhall Marshall, 1905), Muslim in China (C. Sell, 1913), History of the Muslim in China (Muhammad Fu, 1930), The Spread of Islam in China (Ibrahim Tien Yin Ma, 1970). Adapun buku-buku yang relatif baru tentang perkembangan China Muslim kontemporer di Tiongkok dapat dibaca dalam beberapa karya akademik yang ditulis antropolog Dru Gladney, al, (1) Muslim Chinese dan (2) Dislocating China.

 

Download Makalah

 

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Dompet di atas Meja: Status Kesehatan dan Konfidensialitas dalam Ruang Sosial Kita

Oleh: Tedi Kholiludin Saya terbiasa meletakkan dompet di rumah pada...

Gelap itu Nyata, Bangkit itu Janji: Antara Iman dan Harapan

Oleh: Tedi Kholiludin Saat dalam perjalanan mudik untuk berlebaran bersama...

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

De Las Casas dan Perlawanan atas Kolonialisme: Cikal Bakal Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Bartolomé de las Casas (1485–1566) adalah seorang...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini