Jalan Panjang Membangun Rumah Tuhan

[Tegal -elsaonline.com] Untuk kali pertama, Jemaat Gereja Kristen Jawa (GKJ) Mejasem, Kabupaten Tegal, menggunakan tempat ibadah pada malam Natal, Sabtu (24/12/2022). Esoknya, warga jemaat kembali menggunakan tempat tersebut untuk ibadah Natal. Setelah didewasakan menjadi GKJ Mejasem Tegal pada tahun 2000, pada malam Natal 2022 itulah kurang lebih 150-an jemaat yang tercatat sebagai warga gereja bisa beribadah dan menggunakan gereja untuk pusat kegiatan lainnya.

***
Tahun 2013, bersama dengan seorang teman, dengan menggunakan sepeda motor, saya menuju Tegal dari Semarang. Tujuannya, membersamai teman-teman GKJ Mejasem bertemu dengan pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Tegal membicarakan perihal pendirian gereja yang tak juga bisa direalisasikan. Muncul penolakan dari kelompok tertentu atas rencana tersebut. Audiensi dengan pengurus FKUB setempat merupakan langkah yang ingin ditempuh mengingat syarat administratifnya sudah dilengkapi.

Perjalanan menuju Tegal tidak terlampau lapang, karena hujan terus mengguyur. Sampai Pekalongan, rantai motor putus. Dengan terpaksa, kami menepi sesaat untuk mencari bengkel sembari menunggu hujan agak reda. Teman-teman GKJ terus meminta informasi, perjalanan kami sudah sampai mana. Saya sampaikan, mungkin saya akan terlambat, selain karena hujan, ada kendala teknis pada kendaraan.

Di tempat yang telah ditentukan, kami bersua dengan Pendeta Kristianto Himawan dan Ketua Majelis Jemaat, Pak Ponoharjo. Kami berbincang sejenak tentang target audiensi nanti serta bagaimana jika hasilnya tidak sesuai harapan. Sebelum berangkat ke Tegal, saya menyempatkan diri membaca kronologi serta perkara pokok yang menjadi alasan penolakan. Apakah ini menyangkut masalah persyaratan, atau ada motivasi lain yang tak terbaca di dokumen.

Secara prinsip, FKUB akan mendukung GKJ untuk terus mengupayakan agar gereja bisa berdiri, sembari membuka ruang komunikasi dengan mereka yang selama ini keberatan dengan rencana pembangunan gereja.

Baca Juga  Puja-Puji Bersama Pemuka Lintas Agama

Usai pertemuan itu, sekira pukul 18.00 WIB, saya kembali ke Semarang.

Minggu, 7 September 2014, saya kembali berkesempatan datang ke Mejasem. Bedanya dulu tidak sempat melihat letak lokasi tempat yang akan didirikan gereja, sementara pada kesempatan kedua, saya ada waktu untuk melihatnya. Disana, di tempat tersebut, batu bata tersusun kurang lebih 60 centimeter. Pembangunan tak berlanjut, karena penolakan terus terjadi.

***

Pada 29 Desember 1985, GKJ Mejasem menjadi pepanthan atau semacam cabang dari GKJ Tegal sebagai induknya. Mereka beribadah di Jalan Pala 22 nomor 86 Mejasem. Karena ada kebutuhan untuk mendirikan rumah ibadah, mereka kemudian mengurus perizinan pada 1991. Rencananya di sebuah petak yang berlokasi di sawah Jalan Palabarat 1, akan didirikan gereja. Namun izin belum bisa dikeluarkan.

29 Desember 2000 yang mulanya Pepanthan, GKJ Mejasem resmi didewasakan. Ini yang kemudian diperingati sebagai hari ulang tahun GKJ Mejasem. Tak lama setelah didewasakan, tepatnya pada 2001, pengurus gereja kembali mengajukan permohonan izin. Tempatnya berpindah ke samping Gereja Katolik Santo Yosef Mejasem alias lokasi dimana gereja ini sekarang berdiri. Seperti halnya sepuluh tahun sebelumnya, izin tidak bisa dikeluarkan. 2006, seturut dengan terbitnya peraturan bersama 2 menteri, izin coba kembali diajukan, namun hasilnya sama saja, belum diterima.

Berbarengan dengan pemilihan Gubernur Jawa Tengah, 22 Juni 2008, tempat beribadah yang biasa digunakan (Jalan Pala 22 nomor 86), dikomplain warga. Mereka berkeberatan atas kegiatan di tempat tersebut, karena menilai itu bukanlah gereja. Akhirnya, pengurus GKJ Mejasem meminta izin pengurus Gereja Katolik menggunakan salah satu ruangan disana untuk beribadah. 6 Juli 2008 dimulailah peribadatan umat Kristen di (ruangan) Gereja Katolik.

Baca Juga  Budi Santoso: Kami Ingin Ditulis Agama Adam

Pengurus GKJ Mejasem terus mengupayakan izin. Mulai 2012 permohonan izin pendirian kembali diurus dan diajukan meski disaat yang bersamaan ada juga penolakan. Tetapi upaya itu terus dilakukan. Sembari pengajuan pengurusan, pihak gereja mulai membersihkan dan mengurug tanah (tahun 2013), membangun tempat darurat (2014) dan mulai beribadah di bangunan darurat tersebut (2015). Hingga akhirnya, dengan bantuan banyak pihak, terbitlah izin mendirikan gereja pada 2022.

***

Saya tiba di GKJ Mejasem jelang maghrib, setelah berkegiatan. Setiap ada kesempatan datang ke Tegal, saya rutin menyambangi teman-teman ELSA yang berkarya disana, termasuk kelompok Kristen yang kebetulan terkoneksi langsung dengan saya atau ELSA. Beberapa jemaat telah menunggu, karena mereka juga bersiap menggelar Persekutuan Doa Filadelfia.

Pendeta Kris, Pak Pono dan jemaat lainnya duduk melingkar dan kami pun berbagi cerita. Kebanyakan dari mereka adalah jemaat generasi pertama GKJ Mejasem atau generasi kedua dan ketiga GKJ Tegal. Karena putera-puteri mereka kebanyakan merantau untuk sekolah atau bekerja, tak banyak anak muda yang hadir di malam tersebut.

Setelah bercakap-cakap kurang lebih 30 menit, saya dan teman-teman izin kembali ke penginapan untuk sesaat meluruskan kaki dan merebahkan badan. [Tedi Kholiludin]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Dompet di atas Meja: Status Kesehatan dan Konfidensialitas dalam Ruang Sosial Kita

Oleh: Tedi Kholiludin Saya terbiasa meletakkan dompet di rumah pada...

Gelap itu Nyata, Bangkit itu Janji: Antara Iman dan Harapan

Oleh: Tedi Kholiludin Saat dalam perjalanan mudik untuk berlebaran bersama...

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

De Las Casas dan Perlawanan atas Kolonialisme: Cikal Bakal Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Bartolomé de las Casas (1485–1566) adalah seorang...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini