Jelang Buka Puasa, Pemuda Lintas Iman Bagikan Nasi Bungkus

[Semarang – elsaonline.com] Benar jika bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah. Berkah itu, oleh masih-masing individu atau kelompok dirasakan berbeda-beda dengan momen yang berbeda pula. Bagi pemuda lintas iman, Semarang, yang kerap dinamakan dengan aliansi pondok damai baru-baru ini melakukan suatu kegiatan bagi-bagi nasi untuk orang jalanan, Jum’at, (27/7). Kegiatan ini sebenarnya rutin dilakukan setiap tahun di bulan ramadhan.

Momen bagi-bagi nasi ini oleh aliansi pemuda lintas iman dijadikan sarana untuk merekatkan hubungan dan jejaring antar iman khususnya di Kota Semarang, umumnya di Jawa Tengah. Aliansi pemuda lintas iman ini terdiri dari kumpulan anak-anak muda dari berbagai agama. Mayoritas pemuda-pemudia yang bergabung dalam aliansi pemuda lintas iman ini merupakan aktifis mahasiswa di berbagai perguruan tinggi di Semarang.

“Momen ini seperti ini sangat penting bagi kita semua sebagai aktifis lintas iman, karena selain kita bisa berbagi dengan orang jalanan, acara ini bisa kita jadikan sebagai perekat komunitas lintas iman untuk memupuk keberagaman,” ujar Itong salah satu akktifis Lintas Iman Semarang.

Pemuda Lintas Iman sedang membungkus nasi

Kegiatan bagi-bagi nasi ini diinisiasi oleh Lena, salah satu pengurus Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang. Maksud kegiatan itu adalah untuk menumbuhkan kebersamaan dalam bingkai keberagaman. Sebagai inisiator, Lena kemudian mempercayakan kepada pemuda lintas iman untuk melakukan bagi-bagi nasi tersebut. Biasanya, bungkusan nasi tersebut dibagikan di sekitar Pasar Johar dan Tugu Muda. Sebelum membagikan nasi, para pemuda lintas iman berkumpul di Gereja Katedral, karena dirasa yang paling strategis untuk membagikan nasi bungkus.

Selesai membagikan nasi, kemudian para aktifis lintas iman ini berkumpul di depan Mesjid Baitur Rahman Simpang Lima, Semarang. Sembari menunggu buka bersama, para peserta menceritakan pengalamannya dalam membagi-bagikan nasi kepada orang jalanan.

Baca Juga  Natal itu Kelahiran Yesus, Boleh Ucapkan Selamat

“Saya merasa sangat beruntung bisa mengikuti kegiatan ini. Karena saya bisa merasakan betapa banyak orang yang masih membutuhkan, meskipun hanya sekedar untuk makan. Jadi pelajaran berharga bagi saya karena saya bisa menyadari bahwa masih banyak orang yang hanya untuk makan saja kesusahan,” ujar Vivi, salah satu peserta bagi-bagi nasi dari Katolik.

Para peserta merasa sangat beruntung bisa mengikuti acara tersebut karena banyak pelajaran yang bisa di ambil. Selain bisa merasakan bagaimana menjadi orang jalanan, mereka juga bisa memetik hikmah agar selalu bersukur terhadap apa yang sudah diberikan Tuhan kepada kita. Para peserta juga berharap agar kegiatan seperti ini bisa tetap dilaksanakan meskipun hanya satu minggu sekali.

“Saya sangat berharap kegiatan ini bisa dilakukan secara konsisten. Karena saya akan tetap mengikuti acara ini terus. Baru kali ini saya bisa memberikan makan dan diterima langsung oleh orang jalanan” ujar Zainal Mawahib salah peserta dari Muslim.

Koordinator kegiatan bagi-bagi nasi, Titus B. Santoso mengatakan bahwa bagi-bagi nasi ini akan dilaksanakan setiap seminggu sekali di bulan Ramadhan. “Dan jika ada teman-teman yang dalam kesempatan ini belum bisa hadir, untuk besok diberi tahu agar bisa mengikutu acara ini. Selain itu saya mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman yang sudah meluangkan waktunya untuk sedikit berbagi dengan orang jalanan,” ujar Titus.

Memang kegiatan ini tidak harus dilihat dari apa yang diberikan. Karena yang diberikan hanya sebatas nasi bungkus dan segelas air. Tapi yang harus kita ambil sisi positifnya adalah bagaimana orang bisa berbagi meskipun hanya sebatas nasi bungkus. Disamping itu, anak muda sekarang sudah sangat jarang yang peduli dengan kehidupan jalanan. Mereka hanya tau enak dari orang tua.

Baca Juga  Nasib Jemaat GITJ Tak Menentu

“Banyak sekali yang bisa ita ambil kebaikanya dari kegiatan ini, pertama kita bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang jalanan. Kedua sebagi anak muda lintas iman, ternyata urusan makan itu tidak ada kaitanya dengan agama. Semua orang bisa merasakan lapar. Semua orang di jalan bisa merasakan bagaimana sakitnya menahan lapar ketika tidak punya uang. Dan orang jalanan tidak agamanya tidak tunggal. Dari berbagai agama ada di jalanan. Bahkan mereka tidak saling bermusuhan” ujar Tedi Kholilludin salah satu senior aktifis Lintas Iman Semarang. (Ceprudin/elsa-ol)

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Dompet di atas Meja: Status Kesehatan dan Konfidensialitas dalam Ruang Sosial Kita

Oleh: Tedi Kholiludin Saya terbiasa meletakkan dompet di rumah pada...

Gelap itu Nyata, Bangkit itu Janji: Antara Iman dan Harapan

Oleh: Tedi Kholiludin Saat dalam perjalanan mudik untuk berlebaran bersama...

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

De Las Casas dan Perlawanan atas Kolonialisme: Cikal Bakal Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Bartolomé de las Casas (1485–1566) adalah seorang...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini