Menilik Komunitas Syiah di Semarang: Berawal dari Majlis Taklim Rumahan

Semarang -elsaonline.com, Yayasan Ma’al Haq yang beralamatkan di Kelurahan Gayamsari Kecamatan Gayamsari Kota Semarang merupakan salah satu komunitas Ahlul Bait yang mulanya menyelenggarakan majlis taklim di rumah salah satu jamaah secara rutin.

Makin lama jamaah yang mengikuti pengajian bertambah banyak, sehingga tempat yang digunakan tidak mencukupi. Hal ini kemudian disiasati dengan cara menyewa sebuah rumah yang lebih luas supaya seluruh jamaah tertampung. Kejadian ini dimulai sekitar sebelum tahun 2000 hingga awal tahun 2003.

Selang beberapa tahun, barulah jamaah berinisiatif sedikit demi sedikit bergotong royong dengan menyisihkan sebagian hartanya untuk dikelola dan akhirnya dapat dibelikan sebidang tanah. Pembangunan gedung tidak secara langsung, akan tetapi dilakukan secara bertahap.

“Setelah tempat ini jadi, kita memikirkan supaya ini bisa terfasilitasi, tercetuslah untuk mendirikan sebuah Yayasan. Iya Ma’al Haq ini, sekitar tahun 2010,” ungkap Mujahid selaku orang yang ikut berkecimpung secara langsung dari awal proses pendirian yayasan, Kamis, (15/9).

Diceritakan oleh Mujahid, dulunya kaum Syiah di Semarang dalam belajar agama yang sesuai dengan ajaran Syiah masih sendiri-sendiri dengan cara beberapa orang mendatangi ke rumah ustadz Syiah, atau pun sebaliknya, dan belum terwadahi,. “Saya kira hal yang sama juga terjadi di yayasan lainnya,” sambungnya.

Menurut Mujahid, Yayasan Ma’al Haq merupakan independen, namun secara garis kultural organisasi ini berafiliasi Ahlul Bait Indonesia (ABI). Saat ini pimpinan ABI di tingkat wilayah masih Pjs (pejabat sementara), belum ada pemilihan ketua yang baru.

Secara ajaran, masih menurut Mujahid, dalam pengamalan agama, agak mirip dengan apa yang dilakukan oleh warga Nahdliyyin di Indonesia, misalnya ada ziarah kubur, tawassul, tabarrukan, dan lain-lain.

Baca Juga  Sri: Saya Iri dengan Keberadaan Musholla

Bedanya, kalau orang NU dalam fikih kebanyakan bermazhab Syafi’iyyah dan dalam aqidah ketauhidan merujuk pada Imam Asy’ari dan Imam Maturidi. “Di kami (Syiah-red) meskipun terkenalnya penganut mazhab Ja’fari, tapi tetap secara global kita orang Syiah yang secara kesatuan itu bagian dari mazhab Syiah Imamiah,” pungkasnya. [RA]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Nahdlatul Arabiyyah Semarang: Jejak Keturunan Arab yang Terlupakan (Bagian Pertama)

Oleh: Tedi Kholiludin Pertumbuhan organisasi keturunan Arab di Hindia Belanda...

Dompet di atas Meja: Status Kesehatan dan Konfidensialitas dalam Ruang Sosial Kita

Oleh: Tedi Kholiludin Saya terbiasa meletakkan dompet di rumah pada...

Gelap itu Nyata, Bangkit itu Janji: Antara Iman dan Harapan

Oleh: Tedi Kholiludin Saat dalam perjalanan mudik untuk berlebaran bersama...

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini