Moearatoewa: Jemaat Kristen Jawa di Pesisir Tegal Utara

Sejauh kita melakukan pelacakan terhadap karya-karya tentang sejarah Kekristenan di Indonesia, potret tentang bagaimana Injil disebarkan di kawasan utara Jawa Tengah, khususnya Tegal, menjadi bagian yang bisa dibaca ulasannya. Namun, penggalan kisah yang dituliskan tersebut, sulit dipahami sebagai runutan peristiwa yang utuh. Karena buku-buku itu biasanya mencoba menjelaskan kilasan aktivitas pekabaran dari pelbagai tempat, maka penggambaran atas kejadian di satu lokus dilakukan dengan memotret objek generalnya, tidak sampai pada dinamika pelayanan, masyarakat atau konflik didalamnya. Fakta lainnya adalah belum ada karya yang membantu menjelaskan tentang waktu, aktor, pola perkembangan Kekristenan di Tegal. Ruang yang masih tersedia luas, coba hendak diisi melalui telah ini.

Sejauh melakukan pelacakan terhadap bagaimana Kekristenan berkembang mula-mula di Tegal, muncullah nama Muaratua. Dalam ejaan lama seperti yang ditemukan pada beberapa sumber, ada banyak versi bagaimana tempat ini ditulis; Moearatoea, Moaratowa dan Moearatoewa. Nama terakhir yang saya pilih sebagai judul buku.

Muaratua, saat ini, secara administratif masuk dalam wilayah Kelurahan Muarereja, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal, Jawa Tengah. Area yang berada di pesisir utara Tegal, menjadi saksi bagaimana Kekristenan pribumi Jawa berkembang di wilayah Tegal dan sekitarnya. Masyarakat pribumi Kristen ditempatkan pada satu lokus, sehingga memudahkan untuk melakukan pembinaan iman. Infrastruktur utama, gereja, tentu saja tersedia, serta pelayanan-pelayanan sosial lainnya.

Sejak pertengahan abad 19 hingga tahun 1930-an, Muaratua memainkan peran penting sebagai satu-satunya titik Kekristenan pribumi di Tegal. Dalam perkembangannya, Muaratua tentu saja mengalami dinamika. Di awal abad 20, perubahan terjadi pada agen pelayanan atau zending. Meski tidak mengubah garis pelayanan secara umum, tetapi perubahan tersebut memiliki latar belakang dan akibat sebagai konsekuensinya. Masyarakat pribumi yang memeluk Kristen mau tidak mau harus beradaptasi dengan perubahan-perubahan tersebut.

Baca Juga  Jalan Sunyi Pewaris Tradisi: Diskriminasi Layanan Publik terhadap Penghayat Kepercayaan di Jawa Tengah

Penulis: Tedi Kholiludin
Tebal Buku: 124 halaman
Tahun Terbit: Oktober 2022
Penerbit: eLSA Press
Harga: –

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Pasar Tradisional dan Masjid Emas sebagai Penanda Kawasan Muslim Quiapo, Manila Filipina

Oleh: Tedi Kholiludin Quiapo adalah sebuah distrik yang berada merupakan...

Beristirahat Sejenak di Kapernaum: Renungan Yohanes 2:12

Oleh: Tedi Kholiludin “Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama...

Dua Peneliti ELSA Presentasikan Hasil Risetnya di Pertemuan Jaringan Penelitian HIV Indonesia

Jaringan Penelitian HIV Indonesia (JPHIV-Ina) menggelar pertemuan jaringan...

Liquid Identity: Saat Identitas menjadi Sebuah Entitas Muas

Oleh: Muhamad Sidik Pramono (Mahasiswa Magister Sosiologi Agama Universitas...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini