Rintangan Itu Seperti Pupuk

[Brebes –elsaonline.com] Ajaran kerokhanian Sapta Darma bukan merupakan ajaran racikan. Sebab, penyampaian ajaran ini bertujuan untuk menuntun umat manusia agar berkemampuan untuk bangkit dan keluar dari penderitaan serta kegelapan yang membelenggu kehidupan lahir batin. Apalagi keadaan saat ini sedang melanda sebagian besar umat manusia di muka bumi ini.

Penilaian demikian diungkapkan salah satu warga Sapto Darmo, Tarjono, disela-sela ‘Silaturrahmi Penghayat Kepercayaan Kabupaten Brebes’ di Sanggar Pengurus Persatuan Warga Sapta Darma Desa Sigentong, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Jumat (4/12) pagi.

Ia menjelaskan, bangsa Indonesia telah lama menderita kemerosotan moral yang semakin parah. Sehingga, sambung dia, sebagian besar telah kehilangan sifat-sifat kemanusiaannya. “Makanya, Hyang Maha Kuasa menurunkan wahyu alam pepadang jagad agar mereka yang sedang dalam kegelapan, dapat segera menerima cahaya pepadang. Ini demi terwujudnya keseimbangan dan kelestarian peradaban umat manusia,” ungkap warga Sengon ini.

Selain itu, dia menyatakan, wahyu ajaran agama Sapta Darmo adalah wahyu mekanis. Artinya, lanjut dia, begitu wahyu diterima otomatis harus dilaksanakan, tidak boleh ditunda-tunda. “Itulah sasaran penyebarannya untuk sarana pembangunan mental spiritual,” bebernya.

Meskipun demikian, Tarjono mengakui, dalam usaha mengembangkan ajaran agama banyak sekali rintangan, ejekan, cemoohan dan pengorbanan perasaan. Laki-laki berkumis ini menuturkan, tanpa rintangan tak akan bisa mencapai Satria utama yang berbudi luhur. “Rintangan itu seperti pupuk. Karena dapat menguji ketabahan, kesadaran dan keyakinan kita,” terangnya.

Adapun bagi warga Sapto Darma lain, Rakiyo, menambahkan, agama menurut Sapta Darma adalah asal mula manusia dari Kama dan Maya. Dengan demikian, kata dia, ajaran Sapta Darma merupakan ajaran Ketuhanan yang berisikan nilai-nilai budi luhur untuk memperbaiki mental dan moral manusia khususnya bangsa Indonesia.

Baca Juga  Andi Akan Perkenalkan Sedulur Sikep Lewat Kaos

“Maka diturunkanlah Ajaran Ketuhanan ini untuk menuntun Bangsa Indonesia khususnya dan umat manusia pada umumnya,” tandasnya. [elsa-ol/Munif-@MunifBams]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Dompet di atas Meja: Status Kesehatan dan Konfidensialitas dalam Ruang Sosial Kita

Oleh: Tedi Kholiludin Saya terbiasa meletakkan dompet di rumah pada...

Gelap itu Nyata, Bangkit itu Janji: Antara Iman dan Harapan

Oleh: Tedi Kholiludin Saat dalam perjalanan mudik untuk berlebaran bersama...

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

De Las Casas dan Perlawanan atas Kolonialisme: Cikal Bakal Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Bartolomé de las Casas (1485–1566) adalah seorang...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini