Sedulur Sikep tak Alergi Politik

Sedulur Sikep di Larekrejo-Undaan, Kabupaten Kudus
Sedulur Sikep di Larekrejo-Undaan, Kabupaten Kudus

[Kudus – elsaonline.com] Warga penganut Sedulur Sikep (Samin) di Kabupaten Kudus tak “alergi” lagi dengan politik. Mereka memandang proses perpolitikan untuk memilih pemimpin merupakan suatu kewajiban sebagai warga negara.

Sesepuh Sedulur Sikep di Desa Larekrejo, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus Budi Santoso mengatakan, sebagai warga negara yang baik, harus patuh pada aturan.

Meskipun saat ini masih ada warga negara yang memilih golput (golongan putih), namun warga Sedulur Sikep akan peran serta dalam proses Pemilu 2014.

“Kami juga akan berpartisipasi dalam proses Pemilu 2014. Artinya warga Sedulur Sikep juga akan turut memilih,” kata Budi, dengan menggunakan bahasa jawa kromo, pada kesempatan sosialisasi Pemilu 2014, di kediamannya, Sabtu (4/1/2014) kemarin.
Pada kesempatan itu, Budi beserta 50-an warga Sedulur Sikep dari Kabupaten Kudus dan Pati berkumpul. Mereka mencurahkan segala keluhan yang selama ini mereka dapatkan. Baik dalam pelayanan publik dari pemerintah, maupun kehidupan sosial di masyarakat.

Janji Palsu
Mereka mengaku, jika dalam proses Pemilu selalu berpartisipasi. Mereka bercerita, setiap calon pejabat publik selalu menjanjikan akan menyejahterakan rakyat dan bisa melayani apa yang menjadi kebutuhan mereka. Namun, ketika sudah jadi pejabat mereka lupa dengan yang sudah dijanjikan.

“Kami juga selalu memilih. Namun yang kami sayangkan adalah janji-janji dari para pejabat itu tak ditepati. Apa yang mereka ucapkan tak dilaksanakan ketika mereka sudah menjadi pejabat,” Sambung Maskad, yang merupakan penganut Sedulur Sikep di Desa Kaliyoso, Kecamatan Undaan.

Soal hubungan dengan masyarakat, mereka mengaku tak ada masalah. Selama ini, Sedulur Sikep hidup rukun, baik dengan warga Muslim dan agama lainnya. Sehingga dalam relasi sosial tak ada yang menjadi masalah.

Baca Juga  Rekrutmen Sub-sub Recipient (SSR) Program Penanggulangan HIV dan AIDS 2023

“Kami tak ada masalah dengan warga yang lain. Bahkan ketika ada hajatan, selalu tolong menolong. Guyub rukun, tak ada perbedaan. Namun yang menjadi persoalan adalah pelayanan dari pemerintah. Padahal kami juga turut memilih mereka,” tandas Maskad dengan logat Jawa Kromo. [elsa-ol/Ceprudin]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Pasar Tradisional dan Masjid Emas sebagai Penanda Kawasan Muslim Quiapo, Manila Filipina

Oleh: Tedi Kholiludin Quiapo adalah sebuah distrik yang berada merupakan...

Beristirahat Sejenak di Kapernaum: Renungan Yohanes 2:12

Oleh: Tedi Kholiludin “Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama...

Dua Peneliti ELSA Presentasikan Hasil Risetnya di Pertemuan Jaringan Penelitian HIV Indonesia

Jaringan Penelitian HIV Indonesia (JPHIV-Ina) menggelar pertemuan jaringan...

Liquid Identity: Saat Identitas menjadi Sebuah Entitas Muas

Oleh: Muhamad Sidik Pramono (Mahasiswa Magister Sosiologi Agama Universitas...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini