“Simbol”

Oleh: Nazar Nurdin

Simbol adalah bagian integral dari kehidupan manusia. Ia dibuat, didesain dan diabadikan. Simbol pun hadir dengan beragam bentuk, tergantung selera si pembuat simbol.

Latar belakang pengetahuan dan pengalaman menjadi pembeda antara pembuatan satu simbol dengan simbol lain. Pada zaman modern, simbol terimajinasi ke dalam berbagai bentuk yang lebih elegan dan enak dipandang.

Kekaguman pada simbol inilah yang terkadang menjadikan seorang lebih “bangga”. Seorang lebih percaya diri dan menghormati simbol yang dimiliki. Pada zaman ini, simbol bisa dibuat oleh semua orang. Bedanya, insipirasi dan hasil simbol itulah yang nantinya berbeda.

Simbol tulisan misalnya, dibuat dengan harapan bisa dijadikan patokan. Mampu jadi inspirasi bagi orang lain. Simbol yang lain pun terkadang sebaliknya, dipuja, dipertuhankan. Simbol yang secara sederhana adalah simbol yang bisa memberi inspirasi, tidak untuk dipuja.

Simbol tulisan “Kolong agama” untuk para penghayat adalah tamsilnya. Ia menjadi simbol yang berikan Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) Semarang kepada para penghayat. Simbol yang sengaja dibuat itu untuk inspirasi, agar mereka lebih berani dan termotovasi. Inilah yang dikehendaki eLSA.

Tak pelak, simbol “kolong agama” yang kerapkali dipakai di tubuh penghayat menjadikan bangga. Elsa memang mendasain agar tulisan yang dikemas melalui medium kampanye “kaos” itu bisa digunakan para penghayat.

Seakan tak puas, para pengguna simbol ini ternyata tidak saja dari satu organisasi penghayat. Namun dari berbagai penghayat dengan berbagai latar belakang yang berbeda.

Sebut misalnya, Mbah Wardi, tokoh tri tunggal Jaya, Budi Santoso, Sedulur Samin Sikep, Suwardoyo, Kejawen dan masih banyak lagi. Mereka hadir dan busana jadi bentuk kebanggan. Harapannya memang sederhana, bisa orang lain mengetahui dan menghormati keberadaannya. Itu saja.

Baca Juga  Bonhoeffer, Sekularisasi Dan Geografi Kebebasan

Sekali lagi, simbol di era modern ini bisa didesain dan dikehendaki oleh si pembuat. Namun, semangat, inspirasi dan kegunaan simbol itu yang membedakan satu simbol dengan simbol lain.

Mungkin inilah salah satu cara agar simbol itu bisa bermakna. Ia bisa dilihat, dibaca dan dipraktekkan. Tentu, harapan eLSA bisa demikian.

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Pasar Tradisional dan Masjid Emas sebagai Penanda Kawasan Muslim Quiapo, Manila Filipina

Oleh: Tedi Kholiludin Quiapo adalah sebuah distrik yang berada merupakan...

Beristirahat Sejenak di Kapernaum: Renungan Yohanes 2:12

Oleh: Tedi Kholiludin “Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama...

Dua Peneliti ELSA Presentasikan Hasil Risetnya di Pertemuan Jaringan Penelitian HIV Indonesia

Jaringan Penelitian HIV Indonesia (JPHIV-Ina) menggelar pertemuan jaringan...

Liquid Identity: Saat Identitas menjadi Sebuah Entitas Muas

Oleh: Muhamad Sidik Pramono (Mahasiswa Magister Sosiologi Agama Universitas...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini