
Hendaklah langit bersuka cita dan bumi bersorak sorai
Di hadapan wajah Tuhan karna Ia sudah datang
[Semarang – elsaonline.com] Itulah sepenggal Mazmur 96 bacaan pertama dalam Liturgi Sabda yang dibaca sekitar 3000 anggota jemaat dipimpin Uskup Agung Semarang, Mgr Johannes Maria Pujasumarta, di Gereja St Perawan Maria Ratu Rosario Suci Jalan Pandanaran No 9 Semarang, Selasa (24/12) malam. Dengan diiringi kelap-kelip lampu yang mengitari pohon cemara, mereka khusyuk memanjatkan doa dengan penuh hikmat. Cahaya warna-warni lampu mulai dari warna hijau, biru dan merah itu pun nampak begitu indah menyertai kekhusyukan.
Tentu saja, Natal telah kembali lagi dan Sang Juru Selamat telah lahir. Pasalnya, setiap tahunnya pemandangan kerlip lampu ini selalu muncul ketika menjelang Natal atau perayaan hari lahir Kristus yang dirayakan pada 25 Desember. Selain membawa kitab suci dan buku doa, umat yang datang terlihat cukup antusias merayakan malam Natal. Alhasil, sebagian dari mereka pun harus rela mengikuti misa di luar gedung gereja. Beruntung, panitia sudah mengantisipasi guyuran hujan dengan menyediakan tenda.
Jemaat yang mengikuti kebaktian malam itu tampak diikuti dari berbagai macam suku dan daerah. Terlihat, jemaat berasal dari daerah Papua, Ambon, Manado, Nusa Tenggara, Kalimantan dan Sumatera. Mereka tampak larut dalam kegembiraan.
Sejak awal kebaktian sampai penutupan doa, Anastasia (23), tak beranjak dari tempat duduknya di baris kursi kedua dari depan. Sesekali dia memejamkan mata seolah membayangkan berhadapan langsung dengan Tuhan-nya. “Saya ingin mengatakan kepada Tuhan bahwa malam ini saya bahagia. Saya yakin, Tuhan tidak akan membiarkan hamba-Nya menderita,” ujar gadis asal Manado seusai kebaktian, Selasa (24/12) malam.
Menurut mahasiswi semester lima, Tuhan datang dengan ketulusan dan cinta kasih untuk mengatasi persoalan yang dihadapi umat-Nya dan inilah yang disampaikan melalui injil Yohannes. Pasalnya, Tuhan juga melihat manusia yang berjalan dalam kegelapan. “Jadi, Natal ini menunjukkan bagaimana Tuhan turut merasa. Itulah yang terjadi di hari Natal bahwa Tuhan hidup karena melalui Natal bisa memberi harapan untuk tetap nikmati kehidupan,” terang gadis berkacamata.
Fransiskus Xaverius (29), seorang warga Ambon sebaliknya mengaku merasakan kerukunan antar umat beragama di Semarang. Menurutnya, toleransi antar penganut agama inilah yang merupakan wajah asli Kota Semarang. “Ini sesungguhnya budaya kita, orang bersaudara di Semarang. Saya sangat terharu sekali, karena saudara kita turut menjaga keamanan saat ibadah Natal,” terang pemuda kelahiran Kei, Maluku Tenggara.
Sementara Kusworo (51), terlihat unik saat merayakan misa Natal dengan mengenakan pakaian batik serta adat Jawa lengkap. “Natal merupakan peristiwa suka cita yang setiap tahun diperingati. Jadi, pada tahun ini saya sengaja mengenakan pakaian adat kejawen,” aku warga Gajahmungkur.
Kusworo menambahkan, ini merupakan cara untuk melestarikan tradisi Jawa. “Maklum, Gereja Katedral kan merupakan bangunan cagar budaya dan dilindungi dengan penuh nilai-nilai tradisional,” bebernya.
Bayi Yesus
Untuk pesan Natal 2013, Uskup Agung Semarang, Mgr Johannes Maria Pujasumarta, menyampaikan pesan yang bertema ‘Dengan Terang Iman Bersedia Membawa Damai’. Menurutnya, tema itu bermakna bahwa dengan iman kristiani Katolik kita diundang untuk berbagi. “Kita datang kepada Yesus, mencari damai dan kedamaian itu dibagikan untuk orang lain. Ya, damai adalah sesuatu yang dirindukan banyak orang. Maka, dalam terang iman kita bersedia membawa damai,” ungkap Mgr Pujasumarta.
Menurut Mgr Pujasumarta, biarlah makna Natal ini menyegarkan dan membuat kita kembali dapat merasakan kebahagiaan dan kedamaian. Sehingga, sambung dia, kita pun bersedia memberikan kebahagiaan dan kedamaian itu kepada sesama yang membutuhkan. “Walaupun dalam kesederhanaan, Tuhan Yesus datang membawa damai dan sukacita yang besar. Tuhan Yesus datang membawa Cahaya Ilahi. Cahaya Ilahi yang bersinar dan terang-Nya tidak dapat dikalahkan oleh kekuatan gelap mana pun,” ujar anak ketiga ini.
Malam itu, prosesi perayaan Malam Natal diawali dengan perarakan ‘Bayi Yesus’ ke dalam Gua yang merupakan lambang di mana dulu Yesus dilahirkan dalam sebuah kandang domba. Seusai mendengarkan bacaan Injil, umat pun berbaris mendatangi gua Natal untuk melihat ‘Bayi Yesus’. “Umat memang kami ajak untuk menjenguk ‘Bayi Yesus’ agar mereka merasakan kegembiraan yang memiliki anggota baru di dalam rumahnya,” tutur lulusan Seminari Menengah Mertoyudan ini.
Kendati demikian, jemaat yang hadir pada misa Rabu (25/12) pagi terlihat sedikit berkurang dibandingkan dengan misa Selasa (24/12) malam. “Tentu saja ya berkurang. Sebab, umat lebih ingin menghadiri misa pertama tadi malam karena di sana ada Uskup Agung Mgr Johannes Maria Pujasumarta. Kebanyakan para jemaat ingin berdoa bersama sesepuhnya,” ungkap salah seorang panitia, Yustinus Perbowo, Rabu (25/12) pagi.
Terpisah, dalam acara open house di rumah Keuskupan, Mgr Pujasumarta tampak sibuk menerima tamu. Ya, diantaranya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan istri Siti Atiqoh Supriyarti serta Wakil Gubernur Jateng Heru Sudjatmoko. Tak ketinggalan, Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Sunindyo beserta perwakilan umat agama lain seperti Konghucu, Islam dan Budha pun saling berjabat tangan kepada Mgr Pujasumarta untuk mengucapkan ‘Selamat Natal’. Setelah itu, pelukan di antara mereka pun menambah keakraban. “Mudah-mudahan tradisi ini bisa terus berlangsung. Kalau begini kan menjadi indah, saling berbagi, saling mengerti dan saling merasakan kebahagiaan,” pungkas Ganjar. [elsa-ol/Munif]