Semarang, elsaonline.com – Wahid Foundation mendorong Pemerintan Provinsi Jawa Tengah menerbitkan regulasi tentang Sekolah Damai di Jawa Tengah.
Direktur Eksekutif Wahid Foundation, Mujtaba Hamdi menerangkan, dorongan tersebut dilakukan karena lima sekolah telah menjadi inisiator sekolah damai yakni SMA 1 Cepiring, SMA 7, 10, 11, dan 13 Kota Semarang telah melahirkan teladan sebagai sekolah damai.
“Lima sekolah yang kita inisiasi melahirkan contoh baik sebagai sekolah damai. Kita ingin agar hal baik ini bisa berdampak lebih luas. Dengan menjadikan percontohan ini di level kebijakan sehingga dapat berkembang di Jawa Tengah,” tutur Mujtaba dalam acara koordinasi Kelompok kerja (Pokja) Sekolah Damai Rabu, (15/12/2021).
Menurut Mujtaba, regulasi tentang Sekolah Damai dinilai penting agar model dan komponen sekolah damai bisa berdampak pada lembaga pendidikan di Jawa Tengah. Regulasi tersebut, imbuh Taba, sebagai payung kebijakan dapat menggerakkan struktur di Jawa Tengah untuk menerapkan Sekolah Damai.
“Regulasi yang nantinya akan menjadi payung kebijakan punya peran penting untuk menggerakkan komponen di bawah strukturnya yakni SMA/SMK negeri. Membangun kebijakan yang operasional bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) serta stakeholder lain harapannya bisa berdampak ke SMA/SMK se Jawa Tengah,” kata pria yang akrab disapa Taba saat ditemui setelah acara koordinasi.
Dukungan dari Berbagai Pihak
Rencana Wahid Foundation untuk mendorong terbitnya regulasi tentang sekolah damai ini disambut positif oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang turut hadir dalam koordinasi pokja Sekolah Damai yang digelar di Pesta Keboen, Semarang.
Perwakilan Disdikbud Provinsi Jawa Tengah, Abdullah, menjelaskan instansinya mendukung penuh keberadaan sekolah damai.
“Kami mendukung penuh program sekolah damai ini. Disdikbud siap membantu agar program ini bisa terwujud,” papanya.
Senada dengan Disdikbud Provinsi Jawa Tengah, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Jawa Tengah juga turut mendukung agar Sekolah Damai bisa diterapkan di Jawa Tengah.
Perwakilan Kesbangpol Provinsi Jawa Tengah, Herra Puspita, menerangkan bahwa pihaknya mendukung terwujudnya program sekolah damai di Jawa Tengah.
“Tentu kami mendukung program yang sangat baik ini. Program ini sejalan dengan tujuan Kesbangpol. Kita siap bekerja sama menyusun aksi daerah untuk mencegah radikalisme dengan masuk ke sekolah-sekolah,” ungkap Herra.
Dukungan juga datang dari Dewan Pengurus Wilayah Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (DPW AGPAII) Jawa Tengah. Ketua DPW AGPAII Jawa Tengah, Muhammad Ahsan menjelaskan jika AGPAII siap memberi dukungan sekolah damai dengan mediseminasikan ke sekolah-sekolah.
“Tentunya kami siap melakukan supporting dengan turut mendiseminasikan ke sekolah-sekolah. Di sisi lain, AGPAII juga memiliki komitmen dalam menyebarkan toleransi beragama dan tidak diragukan lagi,” tandas Ahsan.
Pokja Aktor Utama
Mujtaba Hamdi mengatakan berhasil dan berdampaknya sekolah damai di Jawa Tengah aktor utamanya adalah Kelompok Kerja (pokja) sekolah damai yang terdiri dari lima sekolah damai yang sudah ada, fasilitator sekolah damai.
“Pokja ini adalah core atau inti dalam mendiseminasikan sekolah damai. Mereka nantinya yang akan menjadi jubir-jubir sekaligus inspirator untuk menyebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya,” jelas Dosen Sosiologi UNUSIA tersebut.
Menurut Taba, Pokja yang akan diberikan Train of Trainer (ToT) tersebut juga memiliki kewajiban untuk membagikan pengetahuan, wawasan bagaimana membangun sekolah damai, tantangan yang dihadapi.
“Dengan menceritakan apa saja yang dialami saat membangun sekolah damai, nanti harapannya Sekolah Damai dapat diterapkan di SMA/SMK di Jawa Tengah,” pungkas Mujtaba.
Hal tersebut mendapat sambutan baik dari Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMA 7 Semarang, Musrifah. Dirinya mengatakan jika sekolahnya sudah membagikan pengalaman dan pengetahuan tentang sekolah damai ke sekolah yang ada di wilayah SMA 7.
“Sekolah damai ini harus kita imbaskan ke sekolah lain. Kami sudah punya inisiatif dengan mensosialisasikan sekolah damai ke sekolah di sekitar kami,” tutur Bu Mus parnggilan akrabnya.(Reporter: Sidik)