Hal tersebut diungkapkan Kepala Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Kudus, Jati Solihah dalam sambutan pembukaan Seminar Regional dengan tema “ Mengelola Keragaman di Pedesaan”, di Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ) Kudus, Sabtu (3/10).
Ditambahkan Jati, perlu diketahui bahwa di Kudus meskipun kecil masyarakatnya dan banyak yang beragama Islam, tapi tidak hanya Islam yang hidup disana. Ada yang beragama Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Sedulur Sikep dan aliran Kepercayaan yang hidup di Kudus.
“Kita lahir di sini (Indonesia) adalah takdir. Kita tidak meminta untuk lahir di Indonesia, kita lahir di tengah suku dan ras yang majemuk. Ini harus kita syukuri, sehingga muncul yang tidak perlu terjadi,” jelasnya.
Jati mengilustrasikan keragaman yang ada di Kabupaten Kudus itu bagaikan nada lagu yang tidak mungkin menjadi indah kalau hanya satu nada. Selain itu, keragaman itu bagaikan sapu lidi, juga tidak akan berguna jika hanya satu persatu lidi, tapi harus lidi yang jadikan satu dan diikat biar dapat digunakan.
Sementara itu, Kepala Desa Karangrowo, Heri Darwanto menceritakan keseragaman yang ada di wilayahnya. Keseragaman yang ada tersebut dikelolanya untuk tidak melupakan minoritas yang ada di desanya.
“Yang banyak kita lupakan itu adalah kelompok minoritas. Minoritas itu sering tidak dikelola, jadi minoritas itu perlu kita kelola agar tetap terjalin kerukunan,” terangnya. [elsa-ol/@AbdusSalamPutra-Salam/001]