MUI Solo Tolak Kegiatan Nasi Murah

(Solo-elsaonline) Kegiatan penjualan nasi murah yang dilaksanakan oleh Gereja Kristen Jawa Manahan, Solo mendapat tentangan keras dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Solo.

Kegiatan penjualan nasi murah merupakan acara rutin yang dilaksanakan oleh GKJ Manahan dan sudah berjalan selama 13 kali selama bulan Ramadhan. Kegiatan penjualan nasi murah ini berawal saat krisis ekonomi tahun 1996 dan semata-mata untuk memberikan makanan dengan harga murah bagi masyarakat kelas bawah ditengah harga bahan pokok yang selalu melambung.

Dalam suratnya yang ditujukan kepada pengurus GKJ Manahan dengan nomor 068/DP.MUI/VII/2010 yang ditandatangani oleh oleh ketua MUI Surakarta Prof.Dr.dr.H. Zainal Arifin A.Sp.PD-KR menyatakan bahwa puasa Ramadhan adalah ritual ibadah umat Islam yang tidak dapat dicampuri dengan keimanan yang lain. Karena bulan Ramadhan yang akan dimulai pada tanggal 11 Agustus 2010 dan bulan – bulan Ramadhan berikutnya, MUI meminta dengan hormat agar tidak mengadakan buka bersama atau nasi murah didekat gereja.

Setelah mendapat surat dari MUI tersebut, pihak pelaksana kegiatan kemanusian penjualan nasi murah segera melakukan koordinasi, karena sebenarnya pelaksanaan penjualan nasi murah pada bulan Ramadhan tahun 2009 yang lalu sudah bukan kepanitiaan dari pihak GKJ Manahan, tetapi sudah menjadi program bersama kelompok lintas agama yang terdiri dari beberapa organisasi masyarakat, NGO dan organisasi mahasiswa, hanya pelaksanaan penjualan nasi murah dilakukan jalur lambat didekat GKJ Manahan tetapi bukan di wilayah lahan GKJ Manahan.

Hasil koordinasi kepanitiaan penjualan nasi murah memutuskan untuk melakukan dialog dengan kapoltabes Surakarta. Tetapi ketika tim kepanitiaan penjualan nasi murah datang ke Poltabes Surakarta, Sabtu, 31 Juli 2010 Kapoltabes tidak berada ditempat. Menurut salah satu petugas ketika tim panitia menyerahkan suratnya, petugas tersebut mengatakan akan segera menghubungi tim panitia setelah mendapat konfirmasi dari kapoltabes.

Baca Juga  Isu-isu dalam Konflik Bernuansa Agama

Ketua Tim penjualan nasi murah H. zainal Abidin mengatakan, rencanannya penjualan nasi murah tetap akan melanjutkan program tersebut, karena program itu bukan semata-mata untuk melakukan misi kristenisasi atau mencederai atau mencampurkan dengan keimanan agama yang lain, tetapi semata-mata misi kemanusian membantu masyarakat kelas bawah dengan penjualan nasi murah seharga 500 rupiah, hal tersebut juga dikuatkan oleh ketua Forum Perdamaian Lintas Agama dan Golongan H. Ir. Al-Munawar, M.Si. (JLD)

(Sumber: mediakeberagaman.com)

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Nahdlatul Arabiyyah Semarang: Jejak Keturunan Arab yang Terlupakan (Bagian Pertama)

Oleh: Tedi Kholiludin Pertumbuhan organisasi keturunan Arab di Hindia Belanda...

Dompet di atas Meja: Status Kesehatan dan Konfidensialitas dalam Ruang Sosial Kita

Oleh: Tedi Kholiludin Saya terbiasa meletakkan dompet di rumah pada...

Gelap itu Nyata, Bangkit itu Janji: Antara Iman dan Harapan

Oleh: Tedi Kholiludin Saat dalam perjalanan mudik untuk berlebaran bersama...

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini