HPK Jepara “Urun Rembug” Kasus Dermolo

[Semarang – elsaonline.com] Himpunan Penghayat Kepercayaan (HPK) Kabupaten Jepara urun rembug soal kasus Gereja Dermolo Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara. Kebetulan ada anggota HPK yang secara administratif tinggal satu Rukun Warga (RW) dengan Gereja tersebut. Mereka merasa terpanggil menyelesaikan persoalan itu.

Ilustrasi (tempo.co)
Ilustrasi (tempo.co)

“Kami mendengar kasus ini dari media. Padahal ada anggota paguyuban (anggota HPK-red) yang tinggal satu RW (Rukum Warga) dengan Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ) itu,” kata salah satu anggota HPK Jepara, Suhartawan kepada elsaonline, Selasa (31/12).

Suhartawan menceritakan, ketika HPK mendengar kabar Gereja Dermolo itu mengalami masalah, pihaknya melakukan cross check ke pengurus Gereja. Setelah diyakini betul bahwa pihak Gereja dalam posisi benar, HPK kemudian melakukan rembug bareng.

“Awalnya kami hanya tahun bahwa ada bangunan Gereja. Namun tak tahu jika itu dilarang untuk digunakan. Begitu kami mendengar bahwa Gereja Dermolo itu dilarang dioperasikan kemudian kami mengecek ke pengurus Gereja. Ternyata perizinannya legal, tanahnya juga resmi milik mereka,” tambahnya.

Lebih lanjut, HPK Jepara kemudian melakukan rembugan dengan sesepuh-sesepuh di Dermolo. “Sesepuh HPK kemudian rembug bareng dengan semua sesepuh di Dermolo. Karena ada angggota paguyuban tinggal berdampingan maka diyakini tahu persis sesepuh-sesepuh yang berpengaruhnya,” ujarnya.

Pendatang

Lebih lanjut, Suhartawan mengungkapkan bahwa yang selama ini getol melakukan penolakan terhadap penggunaan Gereja Dermolo adalah Forum Solidaritas Muslim Dermolo (FSMD). Namun forum itu kebanyakan orang dari luar Dermolo, alias pendatang baru.

“Baru diketaui tiga orang yang paling berpengaruh untuk melakukan penolakan terhadap GITJ itu. Ketiganya orang dari luar Dermolo. Sementara ini ketiganya diindikasikan dari Ormas tertentu,” ujarnya.

HPK membantu menyelesaikan persoalan ini karena tak ingin di daerahnya terjadi ketegangan antar masyarakat. Mereka merindukan kenyamanan, kemanan, perdamaian yang dulu ada di Dermolo. Sehingga mereka bertekad untuk membantu persoalan itu dengan cara damai.

Baca Juga  Pemkab Brebes: FKUB Harus Ajak Penganut Agama Lokal

“Kita ini orang Jawa ya. Jangan sampai kita menyelesaikan persoalan dengan cara kekerasan. Kita selesaikan persoalan dengan cara baik-baik yaitu dengan urun rembug sesepuh Dermolo. Jangan sampai orang dari luar Dermolo masuk dan mengacaukan ketenangan di Desa Dermolo,” tandasnya. [elsa-ol/Ceprudin]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Dompet di atas Meja: Status Kesehatan dan Konfidensialitas dalam Ruang Sosial Kita

Oleh: Tedi Kholiludin Saya terbiasa meletakkan dompet di rumah pada...

Gelap itu Nyata, Bangkit itu Janji: Antara Iman dan Harapan

Oleh: Tedi Kholiludin Saat dalam perjalanan mudik untuk berlebaran bersama...

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

De Las Casas dan Perlawanan atas Kolonialisme: Cikal Bakal Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Bartolomé de las Casas (1485–1566) adalah seorang...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini