Pernyataan itu disampaikan dalam sesi tanya jawab pada acara peringatan hari Maulid Nabi Muhammad Saw dengan tema ‘Suri Tauladan Nabi Muhammad Saw Berkaitan Dengan Pengorbanan’ di Masjid Nusrat Jahan Jl. Erlangga Raya No 7A Semarang, Kamis (24/12/15).
Maulana Encep dengan didampingi dua mubaligh Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Jawa Tengah lainnya, Maulana Nandar Hidayat dan Maulana Ahmad Roqib, menjelaskan hukum mengucapkan selamat Natal dan tahun baru setelah ada dua jemaat Ahmadiyah yang bertanya tentang hukum tersebut.
Bagi Ahmadiyah, interaksi manusia ada dua, yaitu interaksi dengan Allah atau biasa disebut hablum minallah, dan interaksi dengan sesama manusia atau hablum minan nas. Dalam dua interaksi itu, manusia harus selalu menghormati. Jika dalam hablum minallah menghormati dalam bentuk ibadah, dalam hablum minan nas manusia menghormati sesama dengan cara menggembirakan.
“Mengucapkan natal dan tahun baru itu bagian dari hablum minan nas. Jadi tidak apa-apa, hukumnya diperbolehkan sebagai bentuk penghormatan terhadap saudara-saudara kita yang Nashrani. Dalam kumpulan khutbah mubaligh Ahmadiyah juga disebutkan tentang hukum boleh mengucapkan selamat Natal kepada umat Kristen,” jelas Mubaligh Ahmadiyah asal Kudus, Maulana Nandar Hidayat, sambil membacakan teks khutbahnya.
Bagi Ahmadiyah, sebagai muslim harus menghormati umat agama lain. Dalam Ahmadiyah tidak ada larangan untuk berbuat baik kepada siapapun. “Tokoh-tokoh kita (Ahmadiyah, red) sejak dahulu biasa mengucapkan selamat Natal kepada teman-teman Kristen. Jadi, bagi Ahmadiyah tidak ada masalah kita mengucapkan selamat Natal,” papar Maulana Encep Jamaludin.
Meneladani Sirah Nabi
Dalam acara peringatan Maulid Nabi Muhammad yang diselenggarakan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Jawa Tengah ini, Maulana Nandar Hidayat menegaskan bahwa pada dasarnya Ahmadiyah sama seperti kelompok keislaman lain yang merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad.
“Ahmadiyah itu ya sama seperti kelompok-kelompok Islam lain yang merayakan maulid. Melalui maulid nabi, kita harus meneladani sirahnya atau perjalanannya, bukan meneladani maulidnya (kelahirannya), karena lahir ya lahir,” terangnya. [elsa-ol/@khoirulanwar_88]
