
[Semarang –elsaonline.com] Kadang kita tak menyadari apa yang ada disekeliling kita amatlah berharga. Tak terkecuali dengan potensi keberagaman yang sejak dulu ada. Keindahan-keindahan yang tercipta karena perbedaan kerap tak disadari, padahal itu modal utama dalam kebersamaan.
“Beragam itu indah. Pemuda Semarang harus memahami itu,” tutur Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Generasi Muda (GM) Jateng, Iman Fadhilah, saat pada pelatihan “peningkatan keimanan dan ketakwaan generasi muda” di gedung olahraga Dinas Pemuda dan Olahraga (Dinpora), Gunung Pati, Semarang Kamis (8/5) lalu.
Dalam presentasinya, Iman merefleksikan berbagai perbedaan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Melalui slide dengan contoh-contoh perdbedaan Iman mencoba mengungkap perbedaan-perbedaan yang ada di masing-masing daerah. Salah satunya, ia mencontohkan kecantikan seseorang yang sangat subjektif.
Kajur Muamalah, Fakultas Pendidikan Agama Islam, Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) ini menampilkan tayangan berbagai paras wanita dari berbagai suku. Ada yang bermuka bulat, lonjong dan oval. Dalam tayangannya juga ditampilkan wajah berkulit putih, hitam dan sawo matang, sesuai dengan suku ras bangsanya masing-masing.
“Gambar pertama, akan dinilai cantik oleh orang sebangsanya. Gambar kedua pun demikian, ia akan dinilai amat cantik oleh orang yang sukunya sama. Begitu pula dengan gambar tiga. Cantik, baik dan benar itu sangat subjektif tergantung siapa yang memandang dan dari sisi mana ia melihat,” lanjutnya.
Dengan menampilkan gambar-gambari itu, Iman hendak menyampaikan bahwa kebenaran suatu keyakinan tak beda dengan seseorang yang memandang cantik orang lain. Baginya, kebenaran suatu keyakinan itu sangat subjektif, tergantung siapa yang memandang dan dari sudut mana ia melihat.
“Salah dan benar dalam sebuah keyakinan itu sangat subjektif. Misalnya saja, kita memandang suatu agama atau keyakinan atau kepercayaan orang lain itu salah, nah belum tentu menurut orang lain juga salah. Jadi seringnya terjadi bentrokan kekerasan karena keyakinan yang berbeda, karena salah paham,” lanjutnya.
Indah
Selain menayangkan gambar wajah-wajah perempuan tadi, Iman juga menayangkan berbagai macam warna. Berbagai macam warna itu, masih dalam keadaan terpisah-pisah. Dengan begitu, ia menganalogokan dengan berbagai warna perbedaan yang ada.
“Berbagai warna ini masih terpisah. Dalam keadaan terpisah sama sekali tak indah. Tapi ketika disatukan berbagai warna ini membentuk warna yang sangat indah. Contoh sederhana yang sejak kecil kita nyanyikan adalah pelangi. Pelangi itu alangkah indahnya, itu karena perpaduan warna yang berbeda,” imbuhnya.
Dengan menampilkan berbagai contoh keberagaman, Pengasuh Pesantren Tawalillah ini ingin mengatakan bahwa perbedaan itu tak perlu dipersoalkan. Alih-alih menjadi perdebatan yang berujung tindakan anarkis yang merugikan. Perbedaan hendaklah dijadikan kelebihan, karena segala sesuatu yang ada, tak mungkin untuk diseragamkan.
“Sebetulnya hal-hal seperti ini kerap kita jumpai disekeliling kita. Hanya saja, kadang tak disadari jika perbedaan sejatinya bisa membentuk “warna” yang indah. Sadari potensi yang ada, karena perbedaan itu merupakan anugerah terbesah yang diberikan Tuhan,” tandasnya. [elsa-ol/Ceprudin-@Ceprudin]