Ketidakadilan Epistemik; Ketidakadilan Testimonial dan Ketidakadilan Hermeneutik

Oleh: Tedi Kholiludin

Judul diatas adalah terjemahan dari karya Miranda Fricker, “Epistemic Injustice: Power and Ethics of Knowing.” Buku tersebut mengenalkan mengenai model ketidakadilan epistemik yang khas. Ada dua ketidakadilan epistemik yang dibahas oleh guru besar filsafat pada buku yang diterbitkan tahun 2007 tersebut. Pertama ketidakadilan testimonial (testimonial injustice) dan kedua ketidakadilan hermeneutis (hermeneutical injustice).

Ketidakdilan testimonial terjadi ketika prasangka menyebabkan pendengar menaruh kredibilitas yang rendah kepada penyampai pesan. Prejudice atau prasangka menyebabkan seseorang dianggap tidak memiliki kredibilitas, kejujuran atau integritas oleh orang yang sedang berbicara dengannya.

Prasangka identitas merupakan topik utama dalam memahami ketidakdilan testimonial. Karena prasangka tidak baik terhadap suatu identitas, membuat seseorang menganggap orang lain rendah integritasnya. Dalam istilah Fricker, deficit kredibilitas karena prasangka identitas (identity-prejudicial credibility deficit). Pemahaman atas ketidakadilan ang diterima oleh subjek ini dianggap penting dalam memahami ketidakadilan epistemik dalam konteks ketidakadilan sosial yang lebih luas.

Fricker memberikan contoh mengenai integritas orang kulit hitam di hadapan pihak keamanan. Aparat kerap tidak menaruh kepercayaan kepada seseorang yang berkulit hitam. Karena orang kulit hitam diasosiasikan oleh orang kulit putih dengan mereka yang kerap melakukan tindak kriminal dan sebagainya.

Contoh lain yang bisa disodorkan adalah prasangka terhadap etnis Tionghoa dalam periode tertentu di Indonesia. Kredibilitasnya dianggap rendah di hadapan kelompok sosial lain. Tentu ini berkaitan dengan prasangka bahwa mereka adalah penguasa ekonomi dan seterusnya. Sehinga tema apapun yang dibicarakan masalah selalu akan dikaitkan dengan penguasaan ekonomi.

Ketidakadilan hermeneutis terjadi sebelumnya, yakni ketika kesenjangan dalam sumberdaya penafsiran kolektif (collective interpretive resources) menempatkan seseorang pada posisi yang tidak menguntungkan dalam memahami pengalaman sosialnya.

Baca Juga  Di Sakhnin, Sepakbola Sejenak Melupakan Perang

Ketidakadilan epistemik yang kedua ini digambarkan oleh Fricker pada contoh kasus seorang perempuan yang mengalami pelecehan seksual. Sebelum kita memiliki konsepsi kritis mengenai hal ini, perempuan yang mengalami tindakan itu, kerap tidak dapat memahami dengan baik pengalamannya sendiri, apalagi membuatnya dapat dipahami secara komunikatif oleh orang lain.

Mengapa situasi itu terjadi? Kata Fricker, ketidakadilan epistemik jenis hermeneutis semacam ini berasal dari kesenjangan dalam sumber daya hermeneutis kolektif—sebuah kesenjangan, yaitu, dalam alat penafsiran sosial yang digunakan bersama—dimana bukan suatu kebetulan bahwa kerugian kognitif yang diciptakan oleh kesenjangan ini berdampak secara tidak merata pada kelompok-kelompok sosial yang berbeda.

Kesenjangan hermeneutis terjadi karena secara struktural kelompok yang terpinggirkan tidak diberikan ruang partisipasi dimana makna sosial diciptakan. Kalaupun ada partisipasi, itu tidak dilakukan secara setara seperti halnya kelompok yang lain. Mereka mengalami marginalisasi secara hermeneutis (hermeneutically marginalized).

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Pasar Tradisional dan Masjid Emas sebagai Penanda Kawasan Muslim Quiapo, Manila Filipina

Oleh: Tedi Kholiludin Quiapo adalah sebuah distrik yang berada merupakan...

Beristirahat Sejenak di Kapernaum: Renungan Yohanes 2:12

Oleh: Tedi Kholiludin “Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama...

Dua Peneliti ELSA Presentasikan Hasil Risetnya di Pertemuan Jaringan Penelitian HIV Indonesia

Jaringan Penelitian HIV Indonesia (JPHIV-Ina) menggelar pertemuan jaringan...

Liquid Identity: Saat Identitas menjadi Sebuah Entitas Muas

Oleh: Muhamad Sidik Pramono (Mahasiswa Magister Sosiologi Agama Universitas...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini