Dari Temu Nasional Jaringan Gusdurian 2022

Surabaya, elsaonline.com- Jaringan Gusdurian Indonesia menyelenggarakan Tunas atau Temu Nasional seluruh penggiat Gusdurian 2022 di Surabaya, 14-16 Oktober 2022. Pertemuan kali pertema pasca pandemi ini dihelat dengan mengusung tema “Menguatkan Integritas Gerakan Meneguhkan Spirit Kebangsaan.”

Rangkaian acara Tunas dimulai dengan melakukan ziarah kubur ke makam K.H Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Jombang. Tidak semua peserta mengikuti ziarah, karena hanya diwakili sekitar 90 orang termasuk panitia dan peserta. Peserta berangkat jam 09.30 dari Asrama Haji Sukolilo Surabaya. Meski begitu, peserta yang baru datang kemudian menyusul berziarah untuk berdoa di pusara pejuang kemanusiaan tersebut.

Setelah ziarah, pembukaan acara dilakukan sore hari. Ketua panitia pelaksana Tunas Gusdurian 2022, Mukhibullah menyebut ada 1.300 orang yang hadir dalam acara tersebut. Peserta berasal dari penggerak komunitas Gusdurian, lembaga-lembaga mitra, serta para pencinta Gus Dur seluruh wilayah Indonesia dan luar negeri.

Tunas 2022 dibuka langsung oleh Nyai Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid. Istri tercinta Gus Dur tersebut secara resmi membuka rangkaian acara Temu Nasional Gusdurian Jumat (14/10) pukul 15.00 WIB. “Dengan membaca Bismillahirrahmanirrahim, maka pembukaan acara Temu Nasional Gusdurian dibuka dengan resmi,” kata Nyai Sinta.

Di tengah kegiatan, Jay Ahmad, Kordinator Sekretariat Jaringan Gusdurian mengatakan agenda pertemuan ini dianggap penting karena selama tiga tahun Indonesia harus berjuang melawan Covid-19. Sehingga pada tahun 2022 acara tatap muka agenda Tunas baru bisa diselenggarakan.

“Sangat istimewa, acara Tunas ini dilaksanakan secara fisik di Surabaya, kota bersejarah, kota pahlawan. Diharapkan tunas Gusdurian bisa mengikuti jejak para pahlawan, ” jelas Jay.

Jay menambahkan bahwa Gusdurian harus bisa mengikuti perjuangan Gusdur sebagai bapak ideologis Gusdurian, serta harus bisa juga mengikuti perjuangan Nyai Shinta sebagai Ibu di Gusdurian.

Baca Juga  Mengenang Jejak Samin Surosentiko, Budi Santoso Terbitkan Buku

Dalam ungakapan penutup, Jay sangat mengapresisasi gerakan yang dilakukan Gusdurian di berbagai wilayah. Sebagai bukti kerja-kerja perjuangan Gusdurian yang dianggap berhasil membuat konter narasi ekstrimisme media, pengawalan penolakan pemakaman yang terjadi di Mojokerto serta pendampingan korban intoleransi lainnya.

“Semoga perjuangan ini menjadi amal dunia akhirat. Dan saya harap selain pendampingan, Gusdurian menjadi teman bagi masyarakat,” jelasnya.

Gubernur Jawa Timur, Hj. Khofifah Indar Parawansa, M.Si, mengatakan pada sambutannya, mengaku senang atas pelaksanaan Tunas Gusdurian dilaksanakan di Surabaya, Jawa Timur. Memilih Surabaya sebagai tempat penyelenggaraan adalah pilihan yang tepat, karena dari Jawa Timur atau Bumi Majapahit, istilah kata Bhinneka Tunggal Ika menjadi awal.

“Kata Nusantara, juga muncul dari Mahapatih Gadjah Mada. Inilah sumpah Gadjah Mada untuk menyatukan nusantara. Bagi kita semua, tugas Gusdurian menjadi game changer, menjadi perubahan perdamaian, semoga menjadi bagian dari game changer,” jelas Khofifah. (Jaedin)

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

De Las Casas dan Perlawanan atas Kolonialisme: Cikal Bakal Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Bartolomé de las Casas (1485–1566) adalah seorang...

Tiga Tema Alkitab sebagai Basis Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam "Justice and Only Justice: A Palestinian...

Kekristenan Palestina dan Teologi Pembebasan: Berguru Pada Naim Stifan Ateek

Oleh: Tedi Kholiludin Ia adalah seorang Palestina dan bekerja sebagai...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini