Semarang, elsaonline.com- Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Jawa Tengah menyelenggarakan kegiatan “Ormas Expo Jateng 2022” di tempat wisata Dusun Semilir, Kabupaten Semarang, Jumat, 14/09.
Acara yang akan dilaksanakan tiga hari kedepan sampai hari Ahad ini, mengangkat tema “Sinergi Ormas Rukun Guyub Jateng Gayeng : Inovasi sinergitas ormas dan penthalix cegah radikalisme dan terorisme.” Diperkirakan perharinya dihadiri sekitar lima ratus peserta, terdiri dari tiga puluh satu organisasi masyarakat (Ormas).
Ketua Badan Kesbangpol Jawa Tengah, Haerudin, dalam sambutannya, ormas difasilitasi untuk mendirikan stand dan dipersilakan memamerkan produk yang dihasilkan. “Dengan adanya ormas jateng expo ini, semoga kerukunan dan toleransi di jawa tengah semakin kuat dan gayeng,” harapnya.
Taj Yasin, selaku wakil gubernur Jawa Tengah dalam sambutan sekaligus membuka acara menyampaikan, permasalahan-permasalahan yang ada di Jawa Tengah ini dihadirkan dalam acara tersebut, ia mencontohkan dalam masalah pencegahan penyalahan narkoba, ormas yang konsentrasi pada pencegahan narkoba dihadirkan. Begitu pula dalam bidang kesehatan, apalagi saat ini fokusnya adalah menghindari stunting untuk generasi Indonesia emas.
Menurut Taj Yasin, kegiatan ini adalah sebuah anugerah, misalnya di agama saya (islam-red), disampaikan bahwa, ada pondasi-pondasi agama yang dibuat tujuan, salah satunya adalah hifdhun nafsi (menjaga jiwa), perkumpulan di acara ini merupakan tujuan utama untuk menanggulangi terorisme dan radikalisme yang dalam catatannya banyak melakukan teror, bahkan sampai jatuh korban.
“Ayo kebersamaan yang kita bangun ini, kita jaga. Apalagi di bulan Oktober ini hingga Desember, di WA grup biasanya mulai panas, adanya perdebatan (pengucapan selamat hari natal-ed), kenapa kita tidak berfikir ini apa yang menyebabkan, kenapa kita tidak berfikir ini kapan berakhir,” tegas pria putra dari alm. KH. Maimun Zubair.
Taj Yasin menceritakan pengalaman hidupnya waktu di Syiria, di sana, menurutnya juga berkembang banyak agama. Seperti di negera Indonesia, adanya kepercayaan, di sana juga ada. Di sana bisa duduk bersama saling bersilaturrahim.
Masih menurut Taj Yasin, setiap agama mempunyai ajaran batasan masing-masing, misalnya orang yang beragama Kristen, ketika diajak merayakan idul fitri yang notabennye ada salat id, pastinya tidak mau. Sebaliknya juga, yang beragama islam, saat diajak perayaan natal yang ada ritual ibadah perayaaannya, saya yakin pastinya tidak mau. Akan tetapi kita bisa bareng-bareng saat festnya, makan barengnya, ini yang harus kita tunjukkan bahwa kalau kita itu sama, tetapi dibatasi.
“Banyak perselisihan di WA grup ketika ada mahasiswa atau mahasiswi yang beragama islam masuk gereja dan sebagainya, saya merenung dan saya fikirkan, sebenarnya apa ini masalahnya, setelah saya cerna, ternyata yang dimasalahkan adalah masuknya mereka saat acara ritual sedang berlangsung, menurut saya, sebaiknya kita yang beragama islam bisa datang setelah acara ritualnya selesai, kemudian kita duduk bareng dan berdamai ikut merayakan, ini menunjukkan agama tetap mengajarkan adanya batasan,” pungkasnya.
Dari pantauan reporter elsaonline.com di lapangan, stand ormas yang ada terdiri dari berbagai unsur, misalnya kebudayaan, keagamaan, pelayanan, pendampingan dan ekonomi. (RA)