Di Tengah Modernitas, Nyadran Kali Masih Bertahan

IMG_4940_2[Semarang -elsaonline.com] Festival “Nyadran Kali dan Sedekah Bumi” di Kelurahan Kandri Kecamatan Gunungpati Kota Semarang pada Kamis pagi kemarin menyisakkan banyak cerita. Syukuran itu diadakan atas ungkapan syukur kepada Tuhan diberikan limpahan air.

Ritual nyadran diselenggarakan di tempat Sendang Putri, yang berada di pojok kelurahan. Air di sana pun tak pernah kering, meski dalam musim kemarau sekalipun.

Juru kunci Sendang Putri, Supriyadi mengatakan, Sendang di Kandri memiliki kandungan mata air yang sangat besar. Diceritakannya, semula masyarakat sekitar khawatir jika nantinya air yang besar itu bisa-bisa menular dan membanjiri desa.

Kekhawatiran itu kemudian diantisipasi dengan gerakan. Warga setempat berinisiatif menutup mata air dengan gong, jadah dan kepala kerbau. Ritual itu kemudian berlanjut turun-temurun.

“Prosesi itulah yang kami lakukan hingga saat ini. Kami ingin melestarikan budaya leluhur,” kata Supriyadi, Kamis kemarin.

Lurah Kandri, Akhiyat menambahkan. Ritual “Nyadran Kali” dilakukan sekali dalam satu tahun. Ritual dilakukan pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. “Kami lakukan rutin pada Kamis Kliwon di bulan Jumadil Akhir,” ujar Akhiyat di lokasi sendang, Kamis lalu.

Ritual kali ini memang berbeda dibanding ritual tahun lalu. Menurut Akhiyat, hal tersebut dipengaruhi lantaran kelurahan Kandri dinobatkan sebagai salahsatu Desa Wisata. Sehingga, kegiatan ritual dilakukan dan disesuaikan dengan materi sarat promosi dan pariwisata.

Ritual Nyadran Kali ditegaskkannya sebagai kegiatan pelestarikan kebudayaan warisan nenek moyang.  Tradisi ini disebut sebagai wujud syukur kepada Tuhan tidak pernah kekurangan air.

“Salah satunya kami dengan menjaga kebersihan sendang yang selama ini menjadi sumber penghidupan masyarakat,’’ bebernya.

Usai melaksakan ritual nyadran, warga sekitar memakan nasi tumpeng raksasa. Warga yang membawa nasi bungkus juga dimakan dan dibagikan kepada warga lainnya. [elsa-ol/Nurdin]

Baca Juga  Kematian, Kuburan, dan “Dunia Lain”
spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Di Balik Ketenangan Jalsah Salanah di Krucil Banjarnegara

Oleh: Tedi Kholiludin Letak Dusun Krucil, Desa Winong, Kecamatan Bawang...

“Everyday Religious Freedom:” Cara Baru Melihat Kebebasan Beragama

Oleh: Tedi Kholiludin Salah satu gagasan kebebasan beragama yang...

Penanggulangan HIV dan Krisis Senyap di Garda Depan

Oleh: Abdus Salam Staf Monitoring Penanggulangan HIV/AIDS di Yayasan ELSA...

Fragmen Kebangsaan dari yang Ter(Di)pinggirkan

Oleh: Tedi Kholiludin Percakapan mengenai kebangsaan dan negara modern, sering...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini