Sumitro dan Sanmarta adalah penghayat kepercayaan. Mereka menyebut dirinya sendiri sebagai Pelestari Adat Bonokeling. Ketika sang Gubernur tiba, mereka berjejer rapi, mengenakan setelan pakaian hitam, serta diatasnya dibalut ikat laiknya blangkon.
Saat diperkenalkan oleh Bupati Banyumas, Ahmad Husen mereka tersenyum riang. Sang Gubernur pun semula yang mengucapkan salam langsung diganti ucapan pengganti selamat datang.
“Rahayu bapak-ibu. Rahayu, Rahayu,” kata Ganjar menimpali mereka. Ganjar diberi perkenalan sejenak oleh sang Bupati bahwa Penghayat Kepercayaan di wilayahnya adem tentram dan tidak terjadi masalah.
Usai menyambut Gubernur, keduanya berbicara agak panjang lebar soal kepercayaannya kepada elsa. Baginya, hidup berdampingan dengan banyak orang harus dengan prinsip tolong-menolong.
“Disini semua derek sengkuyung. Kalau sesuai adat mriki, habes panen ada among tani kegiatan slametan dan syukuran pada yang maha kuasa,” tandas Sumitro.
Upacara ritual slametan atas keberhasilan itu biasanya dilakukan pada hari Jumat ketiga atau jumat keempat. Upacara itu penting agar Yang Maha Kuasa memberi perlindungan.
“Upacara kami namanya Negendan. Itu untuk slamet, perlindungan. Disini pengikutnya ribuan orang,” klaimnya. [elsa-ol/Nurdin-@nazaristik/001]