eLSA Sekarang, Karena Mereka yang “Tua”

Peserta diskusi Standar Perilaku JurnalisOleh: Ubbadul Adzkiya’

Semuanya bermula pada akhir Tahun 2010, ketika penulis diajak Direktur eLSA Semarang Tedi Kholiludin menempati kantor semi kos-kosan yang dikontrak selama dua tahun kedepan, tepatnya di Perumahan Pandana Merdeka Ngaliyan. Dari sinilah kemudian penulis ikut belajar bersama teman-teman di eLSA, belajar tentang apapun dari hal yang sangat serius sampai yang konyol pun selalu ada.

Kini eLSA telah berusia 9 tahun, angka yang ‘sakral’ bagi warga muslim khususnya kalangan Nahdhiyyin, sembilan menjadi perjalanan yang panjang dalam merawat dan menghadapi tantangan yang menimpa selama ini, tentu saja para pendiri dan generasi-generasi awal lembaga ini telah piawai menstabilkan semua gejolak yang terjadi, baik dari internal maupun eksternal.

Harus diakui, penulis hadir di eLSA dalam situasi dan kondisi yang “nyaman”, dimana semua lini dari sebuah lembaga telah berjalan dan mulai tertata rapi. Penulis dan teman-teman yang hadir pada waktu itu dan sesudahnya bisa dikatakan menuai dari jerih payah generasi sebelumnya. Semoga kebaikan, perjuangan serta apa telah mereka lakukan untuk eLSA dibalas dengan beribu kebaikan, apapun itu bentuknya.

Tak terbayangkan perjuangan generasi awal yang pasti heroik. Mas Tedi selalu menceritakan kepada kami betapa mereka “mbabat alas”, memulai dari nol besar tak punya apa-apa, sampai harus menggadaikan bukti kepemilikan motor untuk mendapatkan uang guna mengurus administrasi di awal lembaga ini berdiri.

Laiknya siklus perkembangan bayi, sekarang eLSA sudah mulai jalan tegak dalam jalanan yang lebar, banyak teman di jalanan yang bisa menggandeng, menarik, menghalangi, dan tantangan lainnya. Para punggawa eLSA sekarang diamanati tugas besar untuk melanjutkan perjuangan yang telah diraih generasi sebelumnya. Menjaga lembaga ini agar berjalan selalu ke depan, untuk medan di depan yang panjang.

Baca Juga  Kepolisian dan Gerakkan Massa

Bagi penulis eLSA adalah lembaga multifungsi, menjadi keluarga di Semarang yang selalu mengerti kebutuhan para staffnya, kebutuhan finansial dan kebutuhan akademik. Bersama teman-teman sangat membantu iklim akademik yang selalu terjaga, satu sama lain yang saling memacu untuk selalu belajar.

Menerapkan manajemen semi professional dalam eLSA menjadikan lembaga ini memiliki daya tarik tersendiri dan unik. Sebatas pengetahuan penulis tidak ada di lembaga manapun yang bisa menerapkan model seperti eLSA dan bertahan, dimana kita bisa berada di eLSA dan berada dimanapun sesuai dengan keinginan masing-masing. Tentu saja semuanya mempunyai konsekuensi atas semua pilihan.

Usut punya usut manajemen yang diterapkan eLSA ternyata masuk dalam sifat yang harus diterapkan oleh sebuah lembaga, dimana selalu bersifat dinamis, mengikuti perkembangan dan menyesuaikan dengan kebutuhan lembaga agar tetap bersaing dan bertahan.

eLSA, sadar atau tidak, telah menjadi lembaga yang baik dalam kacamata ilmu kelembagaan, karena secara manajerial telah berhasil menerapkan perpaduan antara aturan formal yang menjadi kesepakatan lembaga yang didasarkan pada adat atau kebiasaan dari seluruh elemen yang berada di dalamnya yang biasa disebut dengan aturan informal.

Dalam teori kelembagaan, institusi yang efektif/baik menurut North (1990) adalah yang selalu dinamis mengikuti kebutuhan pasar. Kaitannya dengan eLSA berarti ke depan harus bisa menjadi lembaga yang selalu dicari dan menjadi rujukan dalam konsen isu serta kajiannya.

Saat ini eLSA dari sisi segmen yang ditargetkan sudah menemukan isu yang tepat , yang bisa dijadikan sebagai modal untuk menjadikannya sebagai sumber finansial, tinggal kecerdikan kita dalam mengemasnya untuk menjadikannya laiknya hidangan nikmat yang menarik bagi semua kalangan.

Di sisi yang lain, untuk menjadi lembaga yang “sehat” eLSA harus mandiri dalam pendanaan. Bukan tidak mungkin yang selama ini sudah berjalan suatu saat bisa menjadi besar dan menghasilkan pundi-pundi uang yang fantastis. Semoga.

Baca Juga  Metalurgi, Teori Baru tentang Yahwisme Pra Israel

Sebagai sebuah sebuah Sebagai lembaga semi professional eLSA dihadapkan pada tantangan internal yang harus diantisipasi sejak dini, terutama dalam sumber daya manusianya. Sebagai bentuk komitmen atas fungsinya sebagai lembaga professional semi kader, eLSA diharuskan menjaga bibit-bibit yang akan menjadi punggawa lembaga ini di masa mendatang.

Lewat catatan sederhana ini dengan setulus hati mengucapkan, Selamat Ulang Tahun eLSA, semoga selalu diberkati. Semoga kedepan saya bisa memberikan sesuatu yang berarti untuk perjalanan lembaga ini di masa mendatang.

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

De Las Casas dan Perlawanan atas Kolonialisme: Cikal Bakal Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Bartolomé de las Casas (1485–1566) adalah seorang...

Tiga Tema Alkitab sebagai Basis Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam "Justice and Only Justice: A Palestinian...

Kekristenan Palestina dan Teologi Pembebasan: Berguru Pada Naim Stifan Ateek

Oleh: Tedi Kholiludin Ia adalah seorang Palestina dan bekerja sebagai...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini