Batang, elsaonline.com – Selain melakukan kegiatan pencegahan penularan HIV/AIDS di 16 provinsi, Yayasan Pemberdayaan Komunitas (YPK) ELSA Semarang turut memfasilitasi kegiatan pelatihan Pandemic Prevention, Preparedness, and Response (PPPR).
PPPR adalah kesepakatan pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi, sebagai upaya mempersiapkan diri bagi siapapun untuk melakukan mitigasi jika di kemudian hari muncul pandemi baru.
16 lembaga yang selama ini menjadi mitra YPK ELSA dalam melakukan edukasi terhadap kelompok rentan, turut ambil bagian dalam pelatihan PPPR tersebut. Salah satunya adalah Forum Komunikasi Peduli Batang (FKPB). Kegiatan pelatihan PPPR itu tentu saja tetap memasukkan dimensi penguatan bagi mereka yang selama ini bekerja untuk pencegahan HIV.
30 puluhan pegiat sosial yang berhimpun di FKPB melaksanakan kegiatan tersebut di Hotel Sendang Sari, Batang (10-12/10/2024). 30 pegiat sosial tersebutlah menjadi edukator tentang pentingnya mencegah penularan yang diprioritaskan kepada kelompok rentan. Dalam kegiatan tersebut pimpinan Yayasan SPIRITIA juga turut hadir memberikan materi.
Direktur YPK ELSA, Tedi Kholiludin menjelaskan, prioritas penanggulangan HIV yakni menyasar kelompok yang memiliki kerawanan atau kerentanan tinggi.
“Mereka (red: kelompok rentan) adalah orang-orang yang memiliki aktivitas seksual aktif terutama, yang kerap berganti pasangan. Kelompok ini yang harus terus diedukasi” ungkapnya. Dirinya menekankan, perspektif tersebutlah yang harus dimiliki setiap mitra YPK ELSA dalam melakukan edukasi.
Selain untuk menyiapkan diri jika terjadi pandemi, FKPB menyelenggarakan kegiatan tersebut dengan tujuan agar petugas lapangan dapat memberikan edukasi terhadap kelompok dampingan.
Pelatihan tersebut juga menjadi upaya membekali anggota FKPB dalam mendorong kelompok dampingan agar melakukan pengobatan bila hasil pemeriksaan HIV menunjukan indikasi positif.
Dalam kegiatan tersebut, Tedi menekankan pentingnya pendampingan dari rekan sebaya bagi klien yang positif HIV. “Teman-teman FKPB harus aktif mendorong dan mendamingi pengobatan klien yang hasil tesnya positif. Tujuannya agar klien mendapat dukungan secara psikis,” jelas dosen Universitas Wahid Hasyim tersebut. (Dimas Hani Kusuma/ed: Sidik)