Pdt. GKI Gereformeerd; Gereja Perlu Bergerak ke Ranah Sosial

 Pendeta Rahmat ketika menyampaikan beberapa kegiatan Gereja Gereformeerd, Semarang (29/4)

Pendeta Rahmat ketika menyampaikan beberapa kegiatan Gereja Gereformeerd, Semarang (29/4)

[Semarang –elsaonline.com] Keberadaan gereja dituntut untuk bisa menapung semua umat Kristiani yang hendak melakukan ibadah. Sehingga pengurus gereja atau majlis gereja harus bisa memberikan fasilitias yang baik kepada jemaat. Selain itu, pengurus gereja harus dapat memfungsikan gereja tersebut dengan maksimal. Dimana fungsinya tidak hanya sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai tempat yang bisa membantu dalam kebutuhan sosial.

Keinginan demikian yang disampaikan oleh Pdt. Rahmat, Pendeta di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Gereformeerd Semarang ketika melakukan dialog dengan Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) di ruang pertemuan gereja tersebut, kemarin (29/4).

“Gereja ini merupakan gereja multi etnis, karena berbagai suku ada di sini dan kami pun mengarahkan dalam bergereja ini ke arah penekanan pendekatan budaya dan konteksnya”, Kata Pdt. Rahmat.

Pendekatan budaya dan konteks ini, lanjutnya, digali dari budaya yang ada sehingga dalam bergereja tidak menekankan pada hal-hal yang simbolik ataupun bendera-bendera. Namun yang perlu ditekankan adalah pada arah kekeluargaan dan kebersamaan, sehingga benar-benar mensosialkan gereja.

Dalam menjalankan hal itu, pihak gereja melakukan langkah konkrit yang berupa seperti ketika arus mudik H-3 lebaran membuka posko mudik. Posko mudik ini menyediakan fasilitas gratis yang berupa tempat istirahat, makan dan minum.

“Dalam melakukan kegiatan tersebut, kami tidak memasang embel-embel apa pun dan juga termasuk sponsor meskipun ada yang menawari ada sponsor yang ingin bergabung dalam posko mudik tersebut, sebab kami ingin apa yang kami lakukan ini murni untuk membangun rasa saling membantu dengan sesama manusia”, jelas panjangnya.

Selain itu, Pengurus GKI Gereformeerd juga melakukan kegiatan pembagian nasi bungkus untuk orang-orang jalan dan tukang becak di sekitar Semarang. Hal ini dilakukan sebagai langkah nyata yang dilakukan gereja dalam membantu umat yang membutuhkan bantuan.

Baca Juga  Apa Kewajiban Pemuda Sedulur Sikep?

“Tidak cukup kalau kita hanya prihatin saja, namun kita harus melakukan langkah konkrit, makanya kami berusaha mengajak umat untuk bergereja yang mengarah ke fungsi sosial”, tandasnya. [elsa-ol/Wahib-@zainal_mawahib]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

De Las Casas dan Perlawanan atas Kolonialisme: Cikal Bakal Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Bartolomé de las Casas (1485–1566) adalah seorang...

Tiga Tema Alkitab sebagai Basis Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam "Justice and Only Justice: A Palestinian...

Kekristenan Palestina dan Teologi Pembebasan: Berguru Pada Naim Stifan Ateek

Oleh: Tedi Kholiludin Ia adalah seorang Palestina dan bekerja sebagai...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini