Penganut Ajaran Samin Curhat Kepada Lurah

Warga Sedulur Sikep curhat dengan Lurah Larik Rejo, Heri Darwanto. Foto: Munif
Warga Sedulur Sikep curhat dengan Lurah Larik Rejo, Heri Darwanto. Foto: Munif
[Kudus-elsaonline.com] Sebanyak 30 orang penganut ajaran Samin atau Sedulur Sikep dari Dukuh Kaliyoso, Dukuh Larikrejo, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus dan Dukuh Bombong, Desa Baturejo, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, curhat kepada Kepala Desa Kaliyoso, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Heri Purwanto, Jumat (20/11/15) sore. Sembari menikmati kudapan kacang, pisang, singkong rebus, kopi, the dan air putih, mereka antusias bercerita dan berkeluh kesah tentang nasib penghayat selama ini, ajaran Saminisme dan perkembangan desa terkini.

Suasana pun berjalan lancar nan santai. Gelak tawa sesekali bersahutan sepanjang hampir dua jam dialog. Tidak ada protokoler ketika dialog. Semua bebas bicara. Usulan, keluhan hingga saran pun disampaikan warga Sedulur Sikep kepada Lurah yang sangat toleran dan intens membaur dengan penganut agama lain tersebut.

Bahkan Heri mencontohkan, selama ini Desa Kaliyoso dikenal sebagai masyarakat religious di Kudus. Hubungan antara masyarakat muslim, Kristen dan Sedulur Sikep terjalin dengan baik. Hal ini dibuktikan Heri bahwa di Kaliyoso tidak pernah terjadi gesekan antar umat bergama selama ini. Interaksi warganya pun hidup bersama dan berdampingan. “Oleh sebab itu, atas nama pemerintah desa saya sangat mengapresiasi keberadaan para tokoh agama dan tokoh masyarakat yang selalu mengingatkan tentang keberagaman,” tuturnya.

Di Kaliyoso, symbol toleransi keagamaan berdiri kokoh di pusat pemerintahan desa. Masjid yang akbar dan gereja Kristen yang menjulang menjadi saksi bisu harmoni keagamaan masyarakat desa. Rumah ibadah dua agama yang berbeda tersebut juga menjadi ikon desa toleransi dalam merasakan indahnya hidup berdampingan. “Saya harap, mari kita selalu jaga kedamaian di Desa Kaliyoso ini,” lanjut dia.

Dalam kesempatan itu, Heri memang tidak hanya mendengarkan keluhan warga, namun juga disertai dialog. Agar program berjalan maksimal, Heri pun turun langsung ke warga Sedulur Sikep untuk menyosialisasikan beberapa programnya. Ternyata diplomasi sederhana ini mampu mengeluarkan uneg-uneg warga Sedulur Sikep selama ini. Tak jarang, tawa lepas berderai oleh karena Heri menyelipkan lontaran joke-joke segar.

Baca Juga  Melalui Komik, Aktivis Ingatkan Kasus Udin

Terpisah, pemuka Sedulur Sikep Kudus, Budi Santoso mengaku bersyukur bisa hidup di Bumi Kudus. Apalagi tingkat toleransi masyarakat Desa Kaliyoso sungguh terjaga. Tak lupa dia berpesan bahwa kerukunan antar pemeluk agama yang dianut sebagian besar warga kampung ini menjadi pemersatu. Menurut ayah tiga anak ini karena nilai-nilai toleransi itu sudah mulai ditanamkan turun temurun dari para leluhur. [elsa-ol/Munif-@MunifBams-003]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Dompet di atas Meja: Status Kesehatan dan Konfidensialitas dalam Ruang Sosial Kita

Oleh: Tedi Kholiludin Saya terbiasa meletakkan dompet di rumah pada...

Gelap itu Nyata, Bangkit itu Janji: Antara Iman dan Harapan

Oleh: Tedi Kholiludin Saat dalam perjalanan mudik untuk berlebaran bersama...

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

De Las Casas dan Perlawanan atas Kolonialisme: Cikal Bakal Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Bartolomé de las Casas (1485–1566) adalah seorang...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini