
[Semarang – elsaonline.com] Program shalat berjamaah berhadiah di Bengkulu mulai mendapat sorotan publik. Sholat yang semula ditujukan untuk ibadah kepada Tuhan dikomersilkan dengan hadiah berupa ongkos Haji, Umroh, dan mobil Kijang Innova.
Peneliti Senior The Wahid Institute, Rumadi ikut melayangkan kritik soal itu. Baginya, adanya sholat yang dikomersilkan bisa berpotensi menjadi opium.
Rumadi menilai kebijakan Walikota Bengkulu Helmi Hasan sebagai ide yang “terlalu kreatif.”
“Walikota ingin dikenal sebagai orang yang sangat religius. Jika image ini menempel kuat, maka jika ada kelompok masyarakat yg mengkritisi kebijakan-kebijakan Walikota akan dengan mudah bilang sebagai orang yang tidak suka kegiatan keagamaan,” kata Komisioner Komisi Informasi Publik ini dalam siaran persnya diterima elsaonline, Rabu (12/2) malam.
Menurut Rumadi, sebagai Walikota yang baru dipilih semestinya memfokuskan diri pada penataan birokrasi yg transparan dan akuntabel. Selain itu, dorongan partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan juga perlu didahulukan.
“Sejauh ini, kami belum mendengar terobosan oleh Walikota Bengkulu dalam membuat kebijakan yang pro rakyat,” paparnya.
Dengan program semacam sholat berhadiah ini, menurut Rumadi, tidak akan memberi dampak yang baik bagi kesejahteraan masyarakat.
“Sekali lagi, ini hanya akan menjadi candu yang menjadikan masyarakat terlena. Kebijakan ini juga akan menumbuhkan budaya riya’ dalam beribadah,” pungkasnya. [elsa-ol/Nurdin]