Disesatkan, Pemeluk Sapto Dharmo Pindah Agama

Rakyo, Sedang Memimpin Sujudan
Rakyo, Sedang Memimpin Sujudan
[Brebes –elsaonline.com] Hampir semua agama yang tidak “diakui” oleh pemerintah dianggap sesat oleh penganut agama “resmi”. Agama Sapto Dharmo merupakan salah satu agama yang dianggap sesat oleh banyak pihak. Penganut Sapto Dharmo di Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes pada 2012 pernah didemo oleh warga setempat lantaran dianggap sesat. Pasalnya, ketika penganut Sapto Dharmo di Desa Kalenpanden Kecamatan Larangan mengadakan sujuduan (ritual, red) warga setempat yang diprovokatori oleh tokoh setempat yang menganggap bahwa agama Sapto Dhamo sesat karena sujud menghadap ke arah timur.

Melalui aksi massa dalam menolak Sapto Dharmo itu tokoh agama Islam Kecamatan Larangan banyak mendapatkan informasi tentang nama-nama penganut Sapto Dharmo dan pemimpinnya di Kecamatan Larangan.

Rakyo (56), Ketua Sapto Dharmo Kecamatan Larangan, tidak luput dari sasaran massa itu. Sanggar milik Sapto Dharmo yang menyatu dengan rumahnya didatangi banyak orang yang diprovokatori oleh tokoh agama Islam daerah setempat. Mereka menuntut supaya Sapto Dharmo di Kecamatan Larangan dibubarkan. “Tuduhan sesat pertama dituduhkan ke Sapto Dharmo Desa Kalenpanden. Orang ditanya siapa ketuanya, mereka menjawab Rakyo. Kemudian malam Jumat Wage bertepatan dengan waktu sujudan banyak umat Islam datang kesini. Camat, Kapolsek, dan Koramil juga datang ke sini sampai tiga kali,” papar Rakyo di kediamannya, RT 003 RW 001 Desa Sitanggal Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes. (29/05/14)

Menurut pria kelahiran 21 September 1958 itu, kedatangan warga ke sanggar Sapto Dharmo bukan secara jebetulan tapi sudah ada persiapan sebelumnya. “Mereka sudah persiapan, yang memprovokatori ya kyai-kyai sini,” ungkapnya.

Sementara itu jajaran pemerintah tingkat Kecamatan Larangan seperti Camat, Kapolsek, dan pegawai Kantor Urusan Agama (KUA), juga meminta Rakyo untuk menghentikan kegiatannya. “Maafe mawon Pak Rakyo, sanjange tiang-tiang njenengan nganut aliran sesat, dadi kulo mriki. Pun seniki mandeg mawon (Mohon maaf Pak Rakyo, kata orang-orang anda menganut aliran sesat, jadi saya kesini. Sudah sekarang berhenti saja),” tutur Rakyo menirukan ungkapan pegawai Kecamatan Larangan kepadanya.

Baca Juga  Penyederhanaan Pembangunan Rumah Ibadah

Menanggapi permintaan pegawai kecamatan itu Rakyo menjawab bahwa ajaran Sapto Dharmo tidak sesat. Di samping itu Rakyo juga memperlihatkan semua buku-buku yang memuat ajaran Sapto Dharmo dan menjelaskannya secara rinci. “Soal sesat atau tidak, masuk sorga atau tidak, itu urusan Pangeran. Jangankan aku dan sampeyan, Gus Dur saja belum karuan masuk ke sorga,” ungkap Rakyo kepada pegawai kecamatan sembari menyodorkan buku-buku Sapto Dharmo.

Setelah penggrebegan Sanggar yang terletak di Desa Sitanggal Kecamatan Larangan penganut Sapto Dharmo di Desa tersebut banyak yang pindah ke agama lamanya, yakni Islam. Pada 2012 penganut Sapto Dharmo di Desa tersebut sebanyak 63 orang, tapi kini berdasarkan data warga Sapto Dharmo yang aktif hanya berjumlah 5 orang, yaitu Wahidi, Darto, Agus, Tohirin, dan Rakyo sendiri. Penyebabnya adalah banyak orang yang memprovokatori bahwa ajaran Sapto Dharmo sesat. [elsa-ol/KA-@khoirulanwar_88]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Meritokrasi dan Privilege: Dua Wajah dari Keadilan yang Pincang

Setiap siswa SMA mempunyai kesempatan sama untuk masuk perguruan...

Resensi Buku Politik Minoritas di Indonesia: Kuasa, Suara, dan Rupa yang Terlupa

  Fadli Rais (Redaktur elsaonline.com) Malam itu, di sebuah kota kecil...

Mencari Republikan di Negeri (Katanya) Republik

Tanyakan pada orang di sekitarmu tentang apa itu republik,...

Intimidasi Polisi di Kantor SPEK-HAM: Bayang Intimidasi dan Hilangnya Rasa Aman

Surakarta, Senin siang di awal September  di Jalan Srikoyo,...

Dari Semarang, Pemuka Iman Menyeru Hentikan Kekerasan ke Rakyat

Semarang- Matahari siang menembus kaca jendela Gereja Katedral Semarang,...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini