Sa’id Aqil Siraj; “Berkunjung Ke Gereja Boleh-Boleh Saja”

KH. Sa'id Aqil Siradj (kiri) dan redaktur elsaonline
KH. Said Aqil Siradj (kiri) dan redaktur elsaonline
[Semarang –elsaonline.com] Kunjungan ke rumah ibadah umat agama selain Islam yang dilakukan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang akhir Mei lalu, mendapat tanggapan positif dari Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Nahdlatul Ulama (NU), KH. Sa’id Aqil Siraj. Menurutnya, kunjungan ke Gereja itu diperbolehkan. “Pada dasarnya berkunjung kemana saja ya enggak papa, hanya main-main, mencari pengalaman, atau mencari informasi bagaimana cara ibadahnya non muslim. Sayidina Umar sendiri berkunjung ke gereja Palestina. Ketika mendengar adzan kemudian Sayidina Umar keluar. Ketika ditanya kenapa tidak mau shalat di dalam gereja, sahabat Umar menjawab khawatir kalau nanti umat Islam generasi mendatang merebut gereja ini untuk dijadikan masjid dengan dasar atau alasan Umar melakukan shalat di sini,” paparnya kepada elsaonline di Hotel Santika Semarang Minggu dini hari (08/06).

Menurut Kyai yang pada malam harinya baru saja mengisi acara di salah satu pondok pesantren di Jepara itu, berkunjung ke gereja merupakan kegiatan yang wajar, bahkan positif untuk mempelajari perbandingan agama. Beliau menjelaskan bahwa dirinya waktu studi pasca sarjana sering berkunjung ke gereja-gereja di timur tengah. Gereja yang paling sering dikunjunginya antara lain gereja ortodoks terbesar yang berada di Alexandria Mesir. “Kita mengawali silaturrahim terlebih dahulu itu baik, dalam rangka mempelajari antar madzhab, antar agama, muqoronatul adyan itu baik. Berkunjung ke gereja, melihat ibadah penganut agama lain, boleh-boleh saja,” tegasnya.

Kyai yang akrab disapa Kang Said itu juga menyayangkan jika pihak kampus melarang mahasiswanya berkunjung ke tempat ibadah penganut agama di luar Islam. “Saya tidak sependapat kampus melarang anak-anak main ke tempat ibadah lain, ya tidak hanya ke Gereja lah, ke Prambanan, ke Vihara, Pura, dan lain-lain. Kampus seharusnya menganut kebebasan berpikir, artinya mencerdaskan mahasiswanya, harus berwawasan luas, dan dibebaskan dari tekanan-tekanan pembatasan. Kalau hanya ke gereja ingin melihat bagaimana gereja, bagaimana ibadahnya ya enggak papa. Perlakuan kampus melarang itu kemunduran,” terangnya.

Baca Juga  Kisah Malang Sub-Etnis Kalang [Bagian 1]

Proyek Wahabi
Banyaknya pencekalan pembicara dan penolakan diskusi tentang wacana yang dianggap menyimpang oleh sebagian aktifis kampus juga tidak luput dari pantauan Kang Said. Menurutnya, pembatasan tema diskusi di dalam kampus ada kemungkinan pengaruh dari dakwah kelompok radikal seperti salafi wahabi. “Saya tidak tahu persis soal itu, tapi bukan hal mustahil jika itu bagian dari proyek besar Wahabi. Oleh karena itu pesan saya kepada anak-anak PMII, PMII jangan bergeser dari kepribadiannya, harus menjaga ke-NU-annya, jangan mudah goyang, kita harus punya prinsip, memperbaharui yang lama dan mengambil yang baru, dan harus selalu aktif,” pungkasnya. [elsa-ol/KA-@khoirulanwar_88]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Buka Bersama di Rumah Pendeta

Oleh: Muhamad Sidik Pramono Langit Salatiga Senin sore 18 Maret...

Tak Semua Peperangan Harus Dimenangkan: Tentang Pekerjaan, Perjalanan dan Pelajaran

Tulisan-tulisan yang ada di buku ini, merupakan catatan perjalanan...

Moearatoewa: Jemaat Kristen Jawa di Pesisir Tegal Utara

Sejauh kita melakukan pelacakan terhadap karya-karya tentang sejarah Kekristenan...

Bertumbuh di Barat Jawa: Riwayat Gereja Kristen Pasundan

Pertengahan abad ke-19, Kekristenan mulai dipeluk oleh masyarakat di...

Pengaruh Lingkungan Pada Anak Kembar yang Dibesarkan Terpisah

Anak kembar adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini