[Semarang -elsaonline.com] Festival “Nyadran Kali dan Sedekah Bumi” di Kelurahan Kandri Kecamatan Gunungpati Kota Semarang pada Kamis pagi kemarin menyisakkan banyak cerita. Syukuran itu diadakan atas ungkapan syukur kepada Tuhan diberikan limpahan air.
Ritual nyadran diselenggarakan di tempat Sendang Putri, yang berada di pojok kelurahan. Air di sana pun tak pernah kering, meski dalam musim kemarau sekalipun.
Juru kunci Sendang Putri, Supriyadi mengatakan, Sendang di Kandri memiliki kandungan mata air yang sangat besar. Diceritakannya, semula masyarakat sekitar khawatir jika nantinya air yang besar itu bisa-bisa menular dan membanjiri desa.
Kekhawatiran itu kemudian diantisipasi dengan gerakan. Warga setempat berinisiatif menutup mata air dengan gong, jadah dan kepala kerbau. Ritual itu kemudian berlanjut turun-temurun.
“Prosesi itulah yang kami lakukan hingga saat ini. Kami ingin melestarikan budaya leluhur,” kata Supriyadi, Kamis kemarin.
Lurah Kandri, Akhiyat menambahkan. Ritual “Nyadran Kali” dilakukan sekali dalam satu tahun. Ritual dilakukan pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. “Kami lakukan rutin pada Kamis Kliwon di bulan Jumadil Akhir,” ujar Akhiyat di lokasi sendang, Kamis lalu.
Ritual kali ini memang berbeda dibanding ritual tahun lalu. Menurut Akhiyat, hal tersebut dipengaruhi lantaran kelurahan Kandri dinobatkan sebagai salahsatu Desa Wisata. Sehingga, kegiatan ritual dilakukan dan disesuaikan dengan materi sarat promosi dan pariwisata.
Ritual Nyadran Kali ditegaskkannya sebagai kegiatan pelestarikan kebudayaan warisan nenek moyang. Tradisi ini disebut sebagai wujud syukur kepada Tuhan tidak pernah kekurangan air.
“Salah satunya kami dengan menjaga kebersihan sendang yang selama ini menjadi sumber penghidupan masyarakat,’’ bebernya.
Usai melaksakan ritual nyadran, warga sekitar memakan nasi tumpeng raksasa. Warga yang membawa nasi bungkus juga dimakan dan dibagikan kepada warga lainnya. [elsa-ol/Nurdin]