Meskipun di Jawa Tengah tidak terjadi huru hara, seperti yang terjadi di wilayah lainya, namun kondisi keberagamaanya patut memperihatinkan. Di berbagai daerah (di Jawa Tengah) nampak masih terjadi gejolak (panas) yang ditimbulkan karena perbedaan paham agama dan keyakinan. Ditahun 2011 akhir kemarin salah satu warga Desa Jinggotan Kabupaten Jepara digegerkan dengan penemuan sesosok mayat korban pembunuhan karena dibakar hidup-hidup di area petak 106 hutan jati, Kamis (13/12).
Korban tersebut adalah Suparno (42) mahasiswa Sekolah Tinggi Theologi Baptis Indonesia (STBI), warga Rt 5/01 Desa Mayong Kidul, Kec Mayong Jepara. Usut demi usut pembunuhan Suparno diduga masih jaringan teroris . Hal itu terungkap setelah ketiga tersangka berhasil diamankan. Penyebab pembunuhan tersebut adalah dendam kesumat, yang diakibatkan karena korban yang semasa hidupnya dengan para pelaku pernah sama-sama menekuni ajaran Islam telah beralih agama.
Selain kasus pembunuhan di atas,dakwah yang provokatif, menyinggung dan menyalahkan ajaran umat lain juga masih saja terjadi dan kasusnya berkelanjutan. Imbas dari dakwah yang provokatif ini, kemudian berujung dengan kekerasan. Di Dukuh Banon, Desa Purwosari Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal, warga yang merasa kesal dengan materi dakwah yang disampaikan Muttaqin beramai-ramai memukulinya. Tak hanya Muttaqien yang dipukuli, rekannya Khoirun juga terkena amuk masa. Muttaqien dan Khoirun merupakan anggota Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) Kendal.
Muttaqien dianggap melakukan penghinaan terhadap amaliyah warga setempat dalam khutbah Jumat yang disampaikannya pada hari itu. Dengan niat menjelaskan keutamaan tauhid dan menjauhi segala praktek syirik dan klenik, Muttaqien justru bertabrakan dengan perilaku masyarakat yang selama ini sudah berkembang lama.
Download disini