Hanya Suara Tapal Kuda di Gedong Songo

1.Beberapa kuda wisata di Gedung Songo hendak membawa wisatawan
1. Beberapa kuda wisata di Gedung Songo hendak membawa wisatawan

[Semarang -elsaonline.com] Druk… druk.. druk…. suara tapal kuda mengenai cor-coran. Puluhan kuda pahlawan pendapatan negara di Candi Gedong Songo itu bergantian mengangkut wisatawan. Suasana pagi itu di Gedong Songo betul-betul sunyi, sepi hanya ada suara tapal kuda nyaring.

Ya, suasana pagi, Senin (31/3) yang cerah itu bertepatan dengan hari raya Nyepi. Objek wisata yang masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Semarang itu turut menghormati hari raya umat Hindu. Hingga pukul 10.30 WIB, objek wisata ini “menyepi” dengan tak menghidupkan suara-suara seperti biasanya.

Layaknya objek wisata, biasanya selalu diiringi dengan musik-musik sesuai selera pengelola sejak pagi. Namun pagi itu berubah sepi, meskipun tetap beroperasi. Pengunjung tetap ramai, namun tak menimbulkan suara-suara yang gaduh.

“Karena objek wisata ini merupakan peninggalan kejayaan kerajaan umat Hindu kami menghormatinya. Meskipun tetap beroperasi namun suasana tetap dijaga, minimal tidak menghidupkan musik supaya tak gaduh,” tutur salah satu pengelola objek wisata Gedong Songo, Sarmidi.

Suasana hening terasa sejak memasuki gerbang. Meskipun pengunjug sangat ramai namun tak gaduh. Suara orang yang berbincang terdengar samar-samar terbawa angin. Di bawah pohon rindang nan teduh tampak gerombolan keluarga bersenda gurau.

Keheningan

Di dalam lokasi wisata, tak jauh dari pintu gerbang pedagang makanan berjejeran. Aktifitas tampak seperti biasa, hanya keheningan yang membeda dari hari biasa. Suasana hening itu, diiringi dengan suara samar-samar gemericik minyak goreng yang terus memproduksi mendoan khas Gedong Songo.

“Tak ada peringatan (harus menyepi-red) memang. Tapi kita juga harus menghargai sejarah dimana candi ini dibangun oleh umat Hindu. Meskipun kami Muslim tapi kita harus menghargai leluhur,” ucap salah satu pedagang makanan ditempat itu, Hastinah.

Baca Juga  Kasus-kasus Bernuansa Agama di Jawa Tengah (Januari-Juni 2014)
Candi I tampak ramai dikunjungi wisatawan
Candi I tampak ramai dikunjungi wisatawan

Semakin siang, pengunjung semakin ramai. Suara tapal kuda pun semakin ramai hingga akhirnya ada yang menyalakan musik meskipun lirih. Tampaknya, masyarakat sekitar masih sangat menghargai perbedaan, budaya dan sejarah leluhur yang membentuk wisata Gedong Songo.

Sebagai informasi, Candi Gedong Songo diawali pada tahun 1740 oleh Sir Thomas Stamford Raffles yang mengungkapkan. Pada saat itu Raffles hanya menemukan 7 buah bangunan candi sehingga dia menyebutnya dengan Candi Gedong Pitu. “Pitu“ dalam bahasa Jawa berarti tujuh.

Van Stein Callenfels seorang arkeolog dari Belanda pada tahun 1908–1911 melakukan penelitian di lokasi kompleks candi ini dan kemudian menemukan juga 2 bangunan candi lain, sehingga total candi yang ditemukan menjadi 9 buah. Candi ini merupakan komplek bangunan candi peninggalan budaya Hindu. [elsa-ol/Cep-@Ceprudin]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Pasar Tradisional dan Masjid Emas sebagai Penanda Kawasan Muslim Quiapo, Manila Filipina

Oleh: Tedi Kholiludin Quiapo adalah sebuah distrik yang berada merupakan...

Beristirahat Sejenak di Kapernaum: Renungan Yohanes 2:12

Oleh: Tedi Kholiludin “Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama...

Dua Peneliti ELSA Presentasikan Hasil Risetnya di Pertemuan Jaringan Penelitian HIV Indonesia

Jaringan Penelitian HIV Indonesia (JPHIV-Ina) menggelar pertemuan jaringan...

Liquid Identity: Saat Identitas menjadi Sebuah Entitas Muas

Oleh: Muhamad Sidik Pramono (Mahasiswa Magister Sosiologi Agama Universitas...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini