Oleh: Tedi Kholiludin
Pada 1989, Russel Ackoff, Guru Besar di Wharton School, University of Pensylvania Amerika Serikat, menulis artikel menarik, “From Data to Wisdom.” Ia mengenalkan DIKW Hierarchy, DIKW Pyramid atau juga dipahami sebagai hirarki pengetahuan atau piramida pengetahuan. DIKW sendiri merupakan singkatan dari Data, Information (informasi), Knowledge (pengetahuan) dan Wisdom (kebijaksanaan). Empat komponen itu, kata Ackoff membentuk piramida dimana Wisdom menempati posisi tertinggi.
Data, kata Ackoff, adalah simbol yang merepresentasikan properti dari objek, kejadian dan lingkungannya yang dihasilkan dari sebuah pengamatan. “To observe is to sense,” lanjut Ackoff. Mengamati berarti merasakan, dan, teknologi penginderaan begitu cepat berkembang. Laiknya biji logam mentah, data tak memiliki nilai apapun hingga kita memprosesnya sesuai dengan kebutuhan.
Informasi berisi mengenai deskripsi sebagai jawaban atas pertanyaan yang dimulai dengan who, what, where, when dan how many. Sistem informasi menghasilkan, menyimpan, mengambil (kembali) dan memproses data. Informasi adalah data yang sudah dipilih dan dipilah lalu diberi makna.
Perbedaan antara data dan informasi adalah fungsional bukan struktural. Namun, dalam prosesnya, data akan tereduksi ketika ia ditransformasikan menjadi informasi.
Sementara, pengetahuan (knowledge) adalah tentang know-how. Bagaimana sebuah sistem bekerja misalnya, itu adalah contoh dari pengetahuan. Pengetahuan memungkinkan transformasi informasi menjadi instruksi. Biasanya pengetahuan berkaitan dengan kemampuan untuk mendapatkan atau memilikinya, yang biasa dikenal dengan intelejensia.
Kebijaksanaan (wisdom) berfungsi meningkatkan nilai atau value. Ada fungsi mental yang melekat pada kebijaksanaan. Dalam filosofi Yunani Kuno, kebijaksanaan berkisar pada empat tujuan; kebenaran, jumlah (angka, banyaknya atau plenty), kebaikan dan keindahan. Kebenaran berhubungan dengan fungsi saintifik dan teknologi dalam masyarakat. Jumlah, berkaitan dengan fungsi ekonomi dan edukatif, sementara kebaikan berkorelasi dengan fungsi moral-etika, dan keindahan bertaut dengan soal estetika.
Ackoff memberikan catatan yang krusial berkaitan dengan perbedaan antara knowledge dan wisdom. Menurutnya, intelejensia adalah kemampuan untuk meningkatkan efisiensi. Sementara, wisdom adalah kemampuan untuk menaikkan efektivitas. Perbedaan antara efisiensi dan efektivitas yang menjadi warna pembeda antara kebijaksanaan dengan pengetahuan, seperti halnya kita mengenali perbedaan antara pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development). Pertumbuhan, tidak berimplikasi terhadap peningkatan nilai, sesuatu yang bisa kita dapatkan pada perkembangan.