Jangan Samakan yang Beda dan Bedakan yang Sama

0
771
Deklarasi: Ketua FKUB Kabupaten Jepara Mashudi, memimpin deklarasi FKUB Generasi Muda anti hoax dan ujaran kebencian bersama TNI, Polri dan tokoh agama. Foto: Ceprudin

Salatiga, elsaonline.com – Kepala Kemenag Kota Salatiga Fahrudin berpesan kepada tokoh agama, supaya tidak membeda-bedakan yang sama dan dan menyamakan yang berbeda.

”Yang beda jangan disama-samakan dan yang sama jangan dibeda-bedakan. Karena ini salah satu akar konflik antar agama atau kepercayaan,” katanya, pada kordinasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di aula Rumah Makan Elangsari, Salatiga, beberapa waktu lalu.

Kegiatan ini diselenggarakan Kesbangpol Provinsi Jateng dan FKUB Muda Jateng. Hadir pada acara ini Atik Surniati mewakili Kepala Badan Kesbangpol Jateng, Ketua FKUB Muda Iman Fadhilah, Sekretaris FKUB Jateng Taslim Sahlan, Ketua FKUB Kota Salatiga Noor Rofik.

Menurut Fahrudin, saat ini di Indonesia ada sekelompok kecil yang bersemangat membeda-bedakan yang sama dan menyama-nyamakan yang berbeda. Hematnya, perbedaan adalah sebuah keniscayaan.

”Perbedaan suku, agama, keyakinan itu sudah ada sejak Islam ada. Perbedaan itu sudah mutlak,” tegasnya.

Ciptaan Tuhan

Fahrudin menambahkan, jika saat ini ada yang benci terhadap salah satu etnis bangsa lain, artinya membenci terhadap yang pencipta. ”Saiki nek geding karo bangsa (sekarang kalau benci terhadap bangsa) Cina, ya geding karo (ya benci terhadap) gusti Allah,” paparnya.

Saat ini, lanjutnya, sebuah bangsa pasti melahirkan sebuah kebudayaan. Bahkan, ada beberapa makanan yang ada di Indonesia juga merupakan ciri khas produk bangsa tertentu. ”Saiki tuku (sekarang beli) cap jay, mie godok lha itu makanan dari mana?,” tegasnya.

Menurutnya, benci pada oknum etnis atau agama tertentu karena penyelewengan kelakuannya, tak masalah. Namum, jika benci terhadap bangsa tertentu, karena bangsanya itu menyalahi kodrat.

”Wong sudah jelas dunia ini diciptakan bersuku-suku. Mari kita tanamkan kepada semua orang tentang moderasi agama. Agama didudukan di tengah. Tidak ke kirian juga tidak ke kanan,” tandasnya.

Baca Juga  Bonhoeffer, Sekularisasi Dan Geografi Kebebasan

Pada forum kordinasi itu, hadir juga Ketua FKUB Salatiga Noor Rofik. Ia menyampaikan, semua kegiatan keagamaan di Salatiga tidak ada gangguan dari kelompok agama lain.

Tak Sebar Hoax

”Salatiga kota yang sejuk, sesejuk penduduknya. Sehingga itu Salatiga bisa menjadi kota paling toleran. Media juga sangat berberan dalam menjaga kerukunan. Belakangan ini media sosial sangat mewarnai informasi kebencian,” jelasnya.

Noor Rofik berpesan, tokoh agama, tokoh generasi muda, dan semua kalangan untuk tidak turut menyebar berita bohong. Karena berita bohong dapat memicu pertikaian.

”Saya minta kepada semua kalangan, terutama kalangan muda untuk tidak ikut menyebar berita bohong dan berita hasutan kebencian,” pintanya.

Kegiatan untuk menjaga kondusifitas di Jateng menjelang Pilkada terus dilakukan Kesbangpol Jateng. Selain di Salatiga, Kesbangpol bersama FKUB juga telah melakukan kegiatan yang sama di Kabupaten Jepara. Selanjutnya, akan diadakan di beberapa wilayah di Jateng.

”Kami lakukan ini supaya Jateng tetap kondusif. Kondisi yang damai ini, harus tetap dipelihara supaya kejadian-kejadian seperti pada Pilkada Ibu Kota tidak terjadi di Jateng. Mari perangi berita bohong dan ujaran kebencian,” tegas Atik Surniati yang mewakili Kepala Badan. [Cep/002]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini