Krisis Toleransi Harus Dicari Solusi

Peserta sarasehan sedang memetakan potensi konflik. [Foto: Ceprudin]
Peserta sarasehan sedang memetakan potensi konflik. [Foto: Ceprudin]
[Pemalang –elsaonline.com] Pemeliharaan keharmonisan dan kerukunan umat beragama dan penghayat kepercayaan didalam kehidupan masyarakat merupakan langkah yang mendukung terciptanya kehidupan damai, nyaman, aman dan tertib. Jika kondisi semacam ini benar-benar bisa dipelihara, maka akan sangat mendukung lancarnya roda perekonomian dan pembangunan baik regional maupun nasional.

Demikian ditegaskan Kepala Bidang Ketahanan Bangsa pada Badan Kesbangpol dan Linmas (Kesbangpol dan linmas) Jawa Tengah, Agus Hariyanto, dalam acara ‘Sarasehan Pemeliharaan Keharmonisan dan Kerukunan Antar Umat Beragama dan Penghayat Kepercayaan Provinsi Jawa Tengah’ di Hotel Regina Nomor 10 Pemalang, Jum’at (12/3). Acara tersebut merupakan hasil kerja sama Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) dengan Kesbangpol dan Linmas Jawa Tengah yang diikuti sebanyak 70 peserta. Mereka berasal dari tokoh penghayat dan generasi muda penghayat serta pemuda lintas agama se-Karesidanan Pekalongan.

Agus menjelaskan, kasus intoleransi dan diskriminasi antar umat beragama dan penghayat kepercayaan memang masih sering terjadi. Karena itu, pihaknya memberikan penyadaran tentang pentingnya menghargai perbedaan agama dan kepercayaan untuk memperkuat ketahanan bangsa. “Maklum, keberagaman merupakan modal sosial sehingga mereka diharapkan bisa komitmen menjaga kemajemukan,” imbuhnya.

Salah satu peserta yang hadir, Calis Meila Intantri mengaku asyik mengikuti sarasehan keharmonisan dan kerukunan tresebut. Menurutnya, gesekan, konflik dan perpecahan dapat menyebabkan disintegrasi. “Makanya di sini kita bisa share banyak hal tentang permasalahan yang kompleks. Krisis toleransi di tengah kemanusiaan masyarakat Indonesia bareng-bareng berupaya cari solusi,” tutur perempuan utusan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Mejasem Kabupaten Tegal ini.

Begitu pula dengan Birrul Walidaini. Gadis berjilbab asal Pemalang ini menegaskan bahwa kerukunan antar umat beragama harus selalu dilestarikan. Dia menyatakan, kedamaian itu indah dan milik semua agama. “Jadi, ini merupakan implikasi dari ukhuwah basyariyyah (persaudaraan kemanusiaan),” terangnya.

Baca Juga  Mudik dan Lebaran Sebagai Pribumisasi Idul Fitri

Terpisah, Direktur eLSA, Tedi Kholiludin, menambahkan, selama ini kelompok agama sering berdiri sendiri di satu sudut dan penghayat berada di sudut lain. Sekarang, lanjutnya, kedua elemen tersebut harus terus diupayakan untuk berdialog bersama. “Harapannya, tentu saja agar prasangka bisa dikikis,” pungkasnya. [elsa-ol/Munif-@MunifBams/001]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Militansi di Level Mikro dan Tausiah Politik yang tak Berdampak

Oleh: Tedi Kholiludin Ada dua catatan yang menarik untuk dicermati...

Pasar Tradisional dan Masjid Emas sebagai Penanda Kawasan Muslim Quiapo, Manila Filipina

Oleh: Tedi Kholiludin Quiapo adalah sebuah distrik yang berada merupakan...

Beristirahat Sejenak di Kapernaum: Renungan Yohanes 2:12

Oleh: Tedi Kholiludin “Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama...

Dua Peneliti ELSA Presentasikan Hasil Risetnya di Pertemuan Jaringan Penelitian HIV Indonesia

Jaringan Penelitian HIV Indonesia (JPHIV-Ina) menggelar pertemuan jaringan...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini