Oleh: Tedi Kholiludin
Kekuasaan Muslim berkuasa di Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugis) pada abad 8 hingga 15 Masehi. Dipimpin oleh Tariq bin Ziyad, umat Islam menjadi punggawa di wilayah yang kemudian dikenal sebagai Andalusia atau Al-Andalus. Di Spanyol, kurang lebih tujuh abad lamanya Islam berkuasa dan berakhir ketika Granada, kerajaan muslim terakhir ditaklukkan Raja Ferdinand pada 1492.
Sejarah Islam di Spanyol ditandai banyak fakta menarik. Andalusia atau Al-Andalus menjadi salah satu episentrum peradaban di dunia. Kontribusi besar diberikan oleh peradaban ini dalam pelbagai bidang; matematika, filsafat, kedokteran, seni, arsitektur, budaya dan lainnya. Dari tanah ini, lahirlah Ibn Hazm, Ibn Rusyd, Ibn Arabi, Al-Qurtubi, dan sejumlah nama yang sangat memberikan warna bagi dialektika pengetahuan.
Tidak hanya kontribusi besar dalam dunia pengetahuan, kehidupan masyarakat di era itu juga diwarnai toleransi di antara kelompok Yahudi, Kristen dan Islam. Mereka mempraktekkan sebentuk koeksisten atau “la convivencia” dalam Bahasa Spanyol. Tak hanya hidup berdampingan, tetapi kerjasama diantara pihak-pihak tersebut juga berjalan dengan sangat harmonis, meski tentu saja ada konflik dan ketegangan-ketegangan didalamnya. Buku lawas bertajuk “Convivencia: Jews, Muslim and Christians in Medieval Spain” bisa menjadi rujukan tentang bagaimana tiga kelompok agama itu hidup berdampingan, meskipun, ada juga ketegangan-ketegangan yang mewarnai terutama ketika terjadi Reconquista.
Baik kelompok Kristen maupun Yahudi turut terlibat dalam pemerintahan maupun perdagangan. Dalam aspek intelektualitas, kerjasama yang mereka lakukan, sangat berperan besar dalam memperlancar saluran pengetahuan antar kelompok. John of Seville yang hidup di abad 12, dikenal sebagai seorang penerjemah karya-karya berbahasa Arab ke Bahasa Latin. Salah satu yang familiar adalah tulisan Imam Al-Ghazali, “Maqaashid al-Falasifah” (tujuan para filsuf).
Kehidupan pada masa tersebut, sering digambarkan mendekati cita-cita ideal masyarakat. Keilmuan tumbuh, masyarakat yang berbeda saling bertepaselira. Tentu tidak serta merta diadopsi, karena perlu penyesuaian seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan zaman.
Semangat Andalusia dan La Convivencia harus terus hidup. Itulah prototipe kehidupan dimana koeksistensi multikultural, masyarakat dengan ragam identitas hidup bersama dengan saling menghormati. Convivencia adalah simbol dari persaudaraan serta kolaborasi yang tercipta untuk menguatkan kedamaian antar kelompok.