Lebih Tenang Menganut Sedulur Sikep

Pemuda Sedulur Sikep
Pemuda Sedulur Sikep
[Semarang –elsaonline.com] Isyeh Syahroni, warga Larekrejo Kudus akhirnya memilih menjadi penghayat Sedulur Sikep. Itu ia jalani setelah menikah dengan gadis anak pemeluk agama yang biasa dikenal dengan Samin dan kemudian Syahroni memilih untuk berpindah agama menjadi Samin.

“Setelah saya pikir-pikir, ternyata di Sedulur Sikep lebih menenteramkan hati. Saya nikah dengan anak Sedulur Sikep dengan cara Sedulur Sikep. Saya sempat bingung saat memutuskan pindah agama, tapi ternyata yang saya rasakan lebih mantap jadi Sedulur Sikep, lebih tenang,” papar Isyeh Syahroni (19) disela-sela training paralegal II untuk penghayat kepercayaan di Jawa Tengah yang diadakan eLSA, Kamis (02/10).

Sebagai pemeluk baru dalam Samin Syahroni harus melewati beberapa tahapan untuk benar-benar menjadi orang Samin. Tahapan-tahapan itu antara lain Brokohan atau upacara menebus dosa masa lalu. Dalam Brokohan, pemeluk baru penghayat Sedulur Sikep ini mengakui dirinya telah berbuat kesalahan dan dosa pada masa-masa sebelumnya sembari memanjatkan doa supaya menjadi orang yang baik. “Brokohan itu selametan, biasanya menyembelih kerbau atau hewan lain untuk menghapus dosa masa lalu,” ungkap Gumani (26), pemeluk Sedulur Sikep, menambahkan.

Menuai Caci Maki
Sejak memperlihatkan niatnya untuk menikah dengan gadis Sedulur Sikep Syahroni sering dicaci maki oleh teman-teman dan warga desanya. Orang tua Syahroni sendiri sebelumnya tidak setuju dengan keinginan Syahroni. “Orang tua saya bilang, apa tidak ada perempuan lain selain anak Sedulur Sikep, kalau kamu menikah dengan anak sedulur sikep saya tidak mau ngasih apa-apa, saya tidak mau ngaku kamu sebagai anakku. Saya jawab, tidak ada bu, saya hanya ingin menikah dengan anak itu. Kalaupun Ibu tidak mengakui saya sebagai anak tidak apa-apa, saya tetap mengakui ibu sebagai ibu saya, ibu yang telah melahirkan saya,” papar Syahroni, mengenang.

Baca Juga  Status Penghayat Masih Menghambat Karier

Setelah Syahroni berhasil mempercayakan orang tuanya dan akhirnya menikah dengan gadis Samin, kini Syahroni sering menjadi bahan ejekan keluarganya dan masyarakat di daerahnya. “Saya mendengar sendiri banyak orang-orang melarang anaknya bergaul dengan saya, katanya jangan campur dengan orang Samin, tidak punya agama,” jelas Syahroni sembari menirukan ejekan-ejekan yang ia terima. [elsa-ol/KA-@khoirulanwar_88].

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Harmoni, Kemanunggalan dan Rasa: Menyelami Jawa yang terus Bergerak

Oleh: Tedi Kholiludin Budaya Jawa yang Adaptif Saya hendak mengawali...

Panggung Sosial dan Lahirnya Stigma

Oleh: Tedi Kholiludin Kapan dan bagaimana stigma bekerja? Karya klasik Erving...

Meritokrasi dan Privilege: Dua Wajah dari Keadilan yang Pincang

Oleh: Alfian Ihsan Dosen Sosiologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto Setiap...

1 KOMENTAR

  1. salam karahayon..
    #Rahayu segerwaras

    *penjelasan soal brokohan.

    BROKOHAN bagi wong sikep merupakan betuk syukur kepada TUHAN /Panguwoso TUNGGAL atas semua yang sudah ada pada diri kita yaitu urip,karep,segerwaras,sandang lan pangan ugo wujut mawas diri antara Ciptaan kepada TUHAN,
    Lantaran ACARA BROKOHAN yang diiringi DOA menurut wong sikep, dengan meminta ijin,mengharap,
    agar diberikan jalan kemudahan untuk SEGALA SESUATUnya kepada PANGUWOSO TUNGGAL.
    Maka disetiap acara adat, atau acara penting lain nya pasti diadakan BROKOHAN!!

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini