Mari Kenalkan Toleransi Sejak di Bangku Sekolah

Semarang, elsaonline.com – Ketua Forum Kerukunan antar Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah, Taslim Syahlan mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mengenalkan nilai toleransi sejak dini. Salah satunya melalui program sekolah damai, sekolah protoleransi dan antiradikalisme.

“Menurut saya, sekolah damai ini memiliki empat strategi yang baik. Sekolah damai yang digagas Wahid Foundation ini merupakan strategi pengenalan perdamaian serta toleransi sejak dini,” tutur Taslim disela sesi FGD penyusunan draft usulan kebijakan sekolah damai, di Semarang, Jumat, 9 April 2021.

Empat strategi menurut Dosen Unwahas ini pertama menyemai kedewasaan beragama sejak dini. Kedua, pengembangan solidaritas bagi siswa-siswi yang masih duduk di bangku sekolah. Ketiga, pengembangan soliditas anak-anak dan kaum remaja, dan terakhir adalah strategi dalam meningkatkan integritas peserta didik sejak dini.

“Konsep sekolah damai ini merupakan jawaban atas pertanyaan selama 10 tahun terakhir. Selama itu kami mencari formula tepat bagaimana kerukunan umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dikenalkan sejak di bangku sekolah. Pada hari ini, kami mendapat jawabannya dengan gagasan sekolah damai,” jelasnya.

Taslim menambahkan, indikator sekolah damai memberikan keleluasaan dalam memfasilitasi kegiatan-kegiatan kerohanian yang lintas agama dan kepercayaan. Sehingga menjadi energi baik dalam merawat keberagaman dan toleransi. Karenanya, lanjut Taslim, gagasan sekolah damai perlu didukung dan dideklarasikan di Jateng.

Saat ini baru lima sekolah yang telah mendeklarasikan menjadi sekolah damai. Lima sekolah itu SMAN 13 Semarang, SMA 10 Semarang, SMAN 11 Semarang, SMAN 7 Semarang, dan SMAN 1 Cepiring Kendal. Namun demikian, sekolah damai masih belum didukung secara masif oleh pemangku kebijakan di Jateng.

Ikon Pendidikan Jateng

Pada kesempatan itu hadir perwakilan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jateng. Staf Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng, Yuniati Eva Istianingrum menegaskan, pihaknya mendukung gagasan sekolah damai. Sayangnya, kada dia, sekolah damai masih kurang dalam sosialisasi di sekolah-sekolah.

Baca Juga  Aliran Kepercayaan Tetap Terdiskreditkan

“Sekolah damai perlu dideklarasikan dan setelah penyusunan draft ini dapat melakukan audiensi bersama Gubernur Jawa Tengah dengan harapan sekolah damai diakomodir menjadi ikon pendidikan Jawa Tengah,” terangnya.

Menurut Yuni, gagasan Sekolah Damai merupakan gagasan baik dan sejalan dengan Pemprov Jateng khususnya Gubernur Jawa Tengah serta dinas pendidikan dan kebudayaan yang sedang masif dalam meningkatkan toleransi, mencegah radikalisme, dan menguatkan integritas peserta didik di sekolah.

“Sekolah damai yang pro toleransi dan anti radikalisme ini nantinya bukan dijadikan kurikulum baru atau mata pelajaran baru. Karena kurikulum sekarang masih K-13 dan mata pelajarannya sama. Tapi, sekolah damai ini nantinya menjadi inovasi pembelajaran atau pendidikan karakter dan dimasukkan dalam kompetensi dasar yang potensial,” sarannya.

Sehingga, lanjut Yuni, indikator-indikator dari sekolah damai tersebut nantinya dapat masuk ke dalam RPP yang dibuat oleh semua guru mata pelajaran. Lebih jauh lagi, perempuan kelahiran Semarang ini menambahkan, Wahid Foundation perlu berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

“Mungkin kita nanti akan memfasilitasi agar sekolah damai ini menjadi pilot project dan berdampak positif kepada sekolah-sekolah tersebut. Atau nanti Disdikbud dapat menugaskan sekolah-sekolah di masing-masing Disdikbud Kabupaten/Kota untuk menunjuk 1 sekolah sebagai pilot project sekolah damai. Harapannya sekolah damai ini dapat menjadi branding dan ikon pendidikan khas Jawa Tengah,” pungkasnya.

Moderasi Beragama

Pada konferensi pers yang diadakan usai penyusunan draft usulan kebijakan, Ketua Dewan Pengurus (DPW) Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indoneisia (AGPAII), Muhammad Ahsan mendukung penuh sekolah damai pro toleransi dan anti radikalisme tersebut.

“Sekolah damai pro toleransi anti radikalisme ini memang sejalan dengan program dari AGPAII yang pada 2 minggu lalu melakukan lauching program guru PAI pelopor moderasi beragama. Di samping itu, sekolah damai punya urgensi dalam merawat perdamaian Indonesia.

Baca Juga  Peduli Kemanusiaan, Berharap Konflik Palestina Segera Usai

Sebab, merawat Indonesia agar selalu damai, itu dimulai dari sekolah-sekolah yang damai. Dan juga menyemai benih-benih toleransi pada generasi penerus,” pungkas Ahsan. Sidiq

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Dompet di atas Meja: Status Kesehatan dan Konfidensialitas dalam Ruang Sosial Kita

Oleh: Tedi Kholiludin Saya terbiasa meletakkan dompet di rumah pada...

Gelap itu Nyata, Bangkit itu Janji: Antara Iman dan Harapan

Oleh: Tedi Kholiludin Saat dalam perjalanan mudik untuk berlebaran bersama...

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

De Las Casas dan Perlawanan atas Kolonialisme: Cikal Bakal Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Bartolomé de las Casas (1485–1566) adalah seorang...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini