Membidik Semarang Dalam Cerita

Seorang pengujung sedang menyaksikan pameran foto di Gallery Semarang. [Foto: Ubed]
Seorang pengujung sedang menyaksikan pameran foto di Gallery Semarang. [Foto: Ubed]

[Semarang-elsaonline.com] Foto itu bisa bercerita. Ibarat mesin waktu, foto menghadirkan kembali kenangan atau momen yang hendak ditangkap. Tak heran, banyak yang mengabadikan berbagai peristiwa penting dalam hidupnya ke dalam sebuah foto. Bisa peristiwa penting untuk dirinya sendiri, atau peristiwa yang layak dijadikan berita. Jadi, ada cerita di balik setiap peristiwa.

Ya, demikianlah yang tersirat dari kisah lain di balik pameran foto ‘Semarang Punya Cerita’ di Gallery Semarang Jalan Taman Srigunting No. 5-6 kawasan Kota Lama, Semarang. Pameran yang diselenggarakan Pewarta Foto Indonesia (PFI) Semarang ini menampilkan 50 karya foto terbaik dari beragam peserta. Disamping itu, pemenang Anugerah Pewarta Foto Indonesia (APFI) 2014 turut serta memamerkan 20 karya reportase visualnya. Adapun pameran ini digelar hingga Minggu, 14 Juni 2015, mendatang.

Puluhan foto-foto berukuran 40×60 cm tersebut ditempelkan di tembok di lantai dasar maupun lantai dua. Beberapa foto yang terpilih itu, misalnya, ‘Ziarah Makam’ karya Ahmad Samsudin. Dia menceritakan, lima orang sedang berziarah di pinggir laut. Meski terlihat senderhana, makam warga Tambaklorok, Kelurahan Tanjungmas, Semarang Utara, ini terancan abrasi dan suatu saat bisa hilang.

Selain itu, foto ‘Bustaman Punya Cerita’ karya Oky King Bagus Wijanarko. Oky memotret dua anak yang sedang bermain dalam tembok yang sudah dimural (lukisan dinding). Selama ini, kampung Bustaman memang kerap dihiasi berbagai karya seni mural dan stensil. Mereka menggali sejarah kampung dengan fokus pada isu warga dengan menggunakan seni dan kreatifitas masyarakat untuk menyampaikan gagasan mengenai kampung, baik permasalah maupun cara mencari solusi.

Adapula foto tentang musibah kebakaran Pasar Johar pun ditampilkan. Yakni, ‘Di Tengah Kepulan Asap dan Butiran Debu’ karya Hendra Darmanto. Terlihat, Hendra mengabadikan musibah pasar yang dibangun oleh Thomas Karsten tahun 1937 ini secara dramatis nan artistik. Warga Semarang ini memperlihatkan seorang pedagang di Pasar Johar yang sedang mengail sisa-sisa barang dagangannya.

Baca Juga  Pahlawan Mataram II, Dimakamkan di Ngaliyan

Dikisahkan, si jago merah itu melahap seluruh harta bendanya tanpa belas kasihan. Tak bersisa secuil pun. Tidak ada yang sempat diselamatkan. Tinggal puing-puing yang telah hangus menghitam, sekelam perasaan pedagang ketika menyaksikan malapetaka tersebut. Kendati demikian, si pedagang ini merangkak membangun kembali harapannya di Pasar Johar. Ia ingin menyusun keping-keping asa yang tersisa. Ya, karena pasar adalah salah satu urat nadi perekonomian kita bersama.

Tak ketinggalan, keindahan Masjid Agung Jawa Tengah juga ditampilkan. Kemudian seorang penjual yang sedang meniti jembatan rusak, kesibukan nelayan Tambaklorok Semarang Utara yang sedang mereparasi perahu, rumah tradisional Semarang milik saudagar kaya tempo dulu Tasripin, Semarang dalam cermin dan lain-lain.

Sementara foto-foto karya fotografer professional APFI 2014 berupa esai foto. Di sana, ada beragam peristiwa terekam, mulai dari dampak letusan Gunung Sinabung dengan segala seluk-beluknya. Juga, kericuhan anggota DPR dari Fraksi PPP versi Romahurmuziy menjungkirbalikkan meja setelah pimpinan DPR menutup rapat paripurna dan mengesahkan anggota kelengkapan Dewan dari Fraksi PPP versi Suryadarma Ali dalam rapat ke tujuh di Ruang Rapat Paripurna DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.

Sedang cerita di balik lensa lainnya, tentang kehidupan seorang waria dan kisah para seniman yang berada di luar negeri dan tidak bisa kembali lagi karena sudah dicap sebagai anggota Partai Komunis Indonesia. Namun yang unik ialah foto ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ny. Ani Yudhoyono saat turun dari pesawat kepresidenan setiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Unik karena foto tersebut merupakan hal baru dalam ritual kedatangan presiden.

Salah satu pengunjung, Ahmad Maftuh, mengaku senang adanya pameran foto tersebut. Menurut warga Tegowanu, Grobogan, ini, kehadiran para fotografer warga, anak-anak muda yang percaya pada kekuatan kamera dapat sebagai cara untuk berkomunikasi dan berkabar berita. Selain itu, dia meyakini bahwa ke ujung cahaya yang membawa image tersebut akan menjadi catatan peristiwa dan sejarah. “Makanya, dari tangkapan kamera ini kita bisa menghadirkan foto yang penuh kenangan dan juga bisa bercerita ke orang-orang di belahan bumi lain,” pungkasnya. [elsa-ol/Bams-@MunifBams/003]

Baca Juga  Pondok Dondong, Kerap Terkena Banjir
spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Dompet di atas Meja: Status Kesehatan dan Konfidensialitas dalam Ruang Sosial Kita

Oleh: Tedi Kholiludin Saya terbiasa meletakkan dompet di rumah pada...

Gelap itu Nyata, Bangkit itu Janji: Antara Iman dan Harapan

Oleh: Tedi Kholiludin Saat dalam perjalanan mudik untuk berlebaran bersama...

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

De Las Casas dan Perlawanan atas Kolonialisme: Cikal Bakal Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Bartolomé de las Casas (1485–1566) adalah seorang...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini