Anis melontarkan pertanyaan itu kepada sekitar 50 orang Sedulur Sikep dari Blora dan Kudus yang hadir di sarasehan tersebut. Tidak ada jawaban pasti yang diberikan oleh orang-orang Samin itu tentang waktu pasti penyebutan Sedulur Sikep kepada mereka.
“Nah itu yang sulit dijawab. Salah satunya karena ajaran Sikep atau Samin dituturkan secara lisan. Tidak ada bukunya. Apakah ada sejarah lisan yang menyebut Sikep? Lalu penyebutan itu darimana? Kalau ketemu semua sebenarnya kan enak, bisa dijawab. Apakah sebutannya Sedulur Sikep atau Wong Sikep?” tanya Anis, budayawan asal Pati.
Berdasarkan penelusurannya, istilah Sedulur Sikep itu baru dipakai pada tahun 2002. Baru keluar istilah itu di media. Sebelumnya, mereka hanya disebut Wong Samin atau Wong Sikep. “Jadi itu istilah baru sebenarnya,” tegas Anis.
Anis melanjutkan, penting untuk mengetahui dari mana asal-usul penyebutan Sedulur Sikep itu. Apakah Sedulur Sikep itu kata dari luar atau dari dalam. Karena secara umum, di Jawa orang menyebut Wong Sikep. “Terus jika sekarang orang-orang itu menggunakan Sedulur Sikep itu dari mana asalnya. Karena di Jawa itu ya Wong Arab, Wong Jawa, Wong Cina,” tanya Anis.
Pengasuh Suluk Maleman itu memaparkan bahwa perkembangan penelitian tentang Sikep itu selalu menyesuaikan konteksnya. Tahun 1950-1970 misalnya, penelitian Sikep itu banyak. Dari Jepang, Inggris, Australia, Belanda dan negara-negara lainnya. “Kenapa tahun itu banyak yang nulis? Itu bersamaan dengan ketertarikan pengetahuan dengan gerakan petani. Salah satunya Gerakan Samin,” Anis menerangkan.
Di Indonesia, Onghokham juga melakukan hal tersebut di tahun 1960an. Tahun 2000 ke atas, banyak orang bicara Sikep. Bedanya, Anis mengatakan jika di tahun 1960-an orang tertarik melihat Sedulur Sikep dalam konteks pertanian sementara tahun 2000an itu alasannya agak sedikit berbeda. “Tahun 1980-1990 ada geliat wacana Posmodernisme, yang salah satunya dicirikan oleh ketertarikan pada kelompok-kelompok minoritas. Salah satunya Sikep yang diangkat lagi dengan istilah Sedulur Sikep. Orang mulai tertarik dengan hal ini,” papar Anis. [elsa-ol/TKh-@tedikholiludin/001]
kata samin di rubah sikep ,krn kata samin itu berkonotasi gendeng /edan istilah mayoritas.krn tak mau mengikuti ajaran mereka.
saya masih ingat waktu kecil di kampung.JIKA PERBUATAN ATAU PERKATAAN KITA MENYINGGUNG ORANG LAIN ;AKAN SELALU DI BILANG SAMIN.
untuk menghindari kesan yang negatif itulah kata samin di ganti sikep.
maaf jika ini salah