Mencegah Terorisme dan Radikalisme: Sejak Dini Ajarkan Anak Sikap Toleransi

Semarang, elsaonline.com- Hari kedua kegiatan Ormas Expo Jateng 2022 yang diselenggarakan di tempat wisata Dusun Semilir, Kabupaten Semarang, menyelenggarakan acara talkshow mengangkat tema “Energi Muda Untuk Jateng Bebas Radikalisme dan Terorisme” Sabtu (15/09).

Salah satu narasumber yang hadir dalam acara tersebut adalah perwakilan dari Wahid Foundation, David Ruston Khusen.

David memaparkan salah satu program yang selama ini dijalankan oleh Wahid Foundation dalam menekan laju pemahaman terorisme dan intoleransi, yaitu sekolah damai.

Sekolah Damai merupakan bagian dari program Wahid foundation untuk mengintervensi sebaran radikalisme dan intoleransi di dekolah-sekolah. Menurut David, trend pemahaman intoleransi sekarang justru terjadi di sekolah.

“Akhir-akhir ini ada berita anak sekolah yang beragama kristen diintimidasi, disuruh berkerudung di sekolahnya. Karena mayoritas yang bersekolah di sana adalah beragama islam. Atau RohKris (Rohaniwan Kristen) di sekolah, tidak mendapatkan tempat yang sama dengan Rohis (Rohaniwan Islam) ketika mereka berkegiatan,” tutur David.

Seringnya, sambung David, anak Kristen tidak mendapatkan mata pelajaran agama di kelasnya karena dia satu-satunya yang beragama kristen di kelas. Itu semua merupakan bentuk intimidasi dengan alasan karena mereka sebagai minoritas.

Menurut David, pemahaman seperti itu seharusnya kita netralisir, semua kebutuhann dan kesetaraan warga negara harus diperhatikan. Kita di negara Indonesia sama di mata hukum serta hak dan kewajibannya juga sama.

Ada kalanya salah satu faktor pemahaman tersebarnya paham intoleransi di sekolah adalah pada guru itu sendiri. Kadang guru melarang menjenguk teman muridnya yang sakit karena agamanya berbeda.

“Nah, pemahaman guru ini lah yang ingin kita netralisir juga,” tegas David.

Program sekolah damai bukanlah kurikulum tersendiri, melainkan tetap mengacu pada kurikulum merdeka. Kita menginternalisasi nilai-nilai inklusifitas di dalamnya.

Baca Juga  FUIS dan Perayaan Cap Go Meh di MAJT

Misalnya dalam pelajaran matematika, Budi membeli telur di tetangganya yang beragama Nasrani sebanyak sepuluh butir. Atau Budi memberikan telur ke semua temannya tanpa pandang pandang agama maupun suku dan rasnya.

Dari Itu akan muncul perubahan paradigma pemahaman anak tentang sikap keberagamaan, keberagaman, dan sikap toleransi terhadap yang lain.

Sehingga Wahid Foundation mengintervensi dari tingkat bawah Siswa hingga mahasiswa kemudian ke tingkatan kebijakan-kebijakan hingga ke lebih yang luas.

Di bangku perkuliahan, Lembaga Dakwah Kampus (LDK) merupakan salah satu organisasi yang ada di dalam kampus malahan menjadi eksklusif yang ditunggangi kelompok islam kanan yang menjadi ekslusif dan menganggap orang lain yang tidak sepahaman dengan mereka adalah sesat. Berdasarkan survei, kebanyakan mahasiswa yang mengikuti LDK adalah dari fakultas Sains dan Teknologi (Saintek), bahkan lulusannya banyak yang menduduki di pos-pos kementerian. Ini nantinya pasti akan memengaruhi dari kebijakan-kebijakan yang ada dalam kementerian tersebut.

“Menurut saya, semenjak kecil kita ajarkan anak-anak kita dan anak tetangga kita praktik-praktik toleran semenjak kecil. Misalnya dengan main bersama. kalau hanya main itu tidak mengubah kita menjadi Kristen, menjadi Muslim atau lainnya. Itulah yang harus kita ajarkan bersama dengan anak-anak kita mulai sejak dini,” harap David. (RA)

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

De Las Casas dan Perlawanan atas Kolonialisme: Cikal Bakal Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Bartolomé de las Casas (1485–1566) adalah seorang...

Tiga Tema Alkitab sebagai Basis Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam "Justice and Only Justice: A Palestinian...

Kekristenan Palestina dan Teologi Pembebasan: Berguru Pada Naim Stifan Ateek

Oleh: Tedi Kholiludin Ia adalah seorang Palestina dan bekerja sebagai...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini